Saya
setuju dengan hipotesis yang pertama,semakin tinggi tingkat ekonomi dan status
sosialnya maka relasi sosial yang terjalin semakin luas,namun relasinya
bersifat nir-pribadi. Orang kaya memiliki tingkat mobilitas yang tinggi untuk
melakukan hubungan-hubungan sosial yang luas sehingga akan berpeluang memiliki
sejumlah jaringan sosial. Dengan demikian individu tersebut akan memasuki
sejumlah pengelompokan dan kesatuan sosial sesuai dengan ruang,waktu,situasi
dan kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai. Dalam situasi tertentu individu
ini akan menjadi anggota jaringan sosial yang berbeda,artinya individu ( orang
kaya ) memiliki banyak peran dalam relasi sosialnya. Pada dasarnya keanggotaan
individu dalam suatau jaringan bersifat fleksibel dan dinamis,karena individu
sebagai makhluk sosial akan selalu terkait dengan jaringan hubungan sosial.
Akan
tetapi relasi yang terjalin cenderung bersifat nir-pribadi. Landasan hubungan
sosialnya berdasarkan kepentingan individu ataupun kelompok. Jika dianalogikan
pada konsep pola hubungan sosial dalam sosiologi,relasi seperti ini sama
seperti gesellschaft ( patembayan ). Hubungan anggota bersifat formal relatif
kontraktual,memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal,memperhitungkan nilai
guna dan lebih melihat pada kenyataan sosial. Sehingga relasi yang terbentuk
bersifat kaku.
Saya
mengambil contoh seorang pengusaha sukses kaya raya membangun banyak perusahaan
akan memiliki banyak relasi bisnis dan karyawaan yang jumlahnya ribuan orang. Namun
relasi sosial yang terjalin hanya sekedar relasi kontraktual atau dengan kata
lain hubungannya didasarkan karena hubungan bisnis,saling mencari keuntungan. Kalaupun
ada hubungan pribadi hanya terjalin dengan anggota keluarga saja. Sedangkan
relasi personal dengan non-keluarga tidak terjalin. Dengan harta yang dimiliki
orang kaya dapat berbakti ( konsep orang cina ) untuk negaranya yang
diaplikasikan pada penciptaan lapangan pekerjaan. Tetapi perlu diingat kita
tidak pernah tahu bakti yang dilakukan orang cina kaya tersebut memang
semata-mata sebagai bakti kepada lingkungan dan Negara yang sudah diajarkan
secara turun-temurun atau hanya menjadikan bakti
sebagai ‘amunisi’ untuk menambah sumber daya yang dimiliki. Secara rasional
tentu orang ingin kaya,tetap kaya dan
tambah kaya.Tindakan seseorang pasti dilatarbelakangi oleh motif tertentu
dan yang mengetahui secara pasti adalah dirinya sendiri.Saya melihat ajaran
bakti orang cina sebagai nasihat positif,namun dalam prakteknya tidak selalu
positif.Ada saja penyimpangan yang dilakukan,sama seperti ajaran agama,ada yang
soleh adapula yang ingkar pada ajaran Tuhannya.
Berbeda
dengan orang tidak kaya,mereka cenderung menjalin relasi sosial komunal
berdasarkan persamaan nasib. Mereka tidak memiliki modal sebagai akses membuka
jalan untuk jaringan sosial yang luas. Mereka fokus untuk mencari kehidupan
yang lebih demi memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya para buruh pabrik dengan jam
kerja lebih dari 12 jam,mereka tidak memiliki waktu untuk memperluas jaringan
sosial. Tak ada waktu dan uang untuk membuka peluang relasi sosial yang lebih
luas.
Kesimpulannya
meskipun orang kaya dapat membuka hubungan sosial yang luas dengan kuantitas
anggota jaringan sosial yang banyak akan tetapi kualitas hubungannya tidaklah
personal. Hubungan yang terjalin berdasarkan ekonomi dan uang, Hal ini hanya
akan menghasilkan relasi sosial yang struktural fungsional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar