Senin, 23 Februari 2015

Semakin tinggi status sosialnya maka semakin luas jaringan sosial

Saya setuju dengan hipotesis yang pertama,semakin tinggi tingkat ekonomi dan status sosialnya maka relasi sosial yang terjalin semakin luas,namun relasinya bersifat nir-pribadi. Orang kaya memiliki tingkat mobilitas yang tinggi untuk melakukan hubungan-hubungan sosial yang luas sehingga akan berpeluang memiliki sejumlah jaringan sosial. Dengan demikian individu tersebut akan memasuki sejumlah pengelompokan dan kesatuan sosial sesuai dengan ruang,waktu,situasi dan kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai. Dalam situasi tertentu individu ini akan menjadi anggota jaringan sosial yang berbeda,artinya individu ( orang kaya ) memiliki banyak peran dalam relasi sosialnya. Pada dasarnya keanggotaan individu dalam suatau jaringan bersifat fleksibel dan dinamis,karena individu sebagai makhluk sosial akan selalu terkait dengan jaringan hubungan sosial.
Akan tetapi relasi yang terjalin cenderung bersifat nir-pribadi. Landasan hubungan sosialnya berdasarkan kepentingan individu ataupun kelompok. Jika dianalogikan pada konsep pola hubungan sosial dalam sosiologi,relasi seperti ini sama seperti gesellschaft ( patembayan ). Hubungan anggota bersifat formal relatif kontraktual,memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal,memperhitungkan nilai guna dan lebih melihat pada kenyataan sosial. Sehingga relasi yang terbentuk bersifat kaku.
Saya mengambil contoh seorang pengusaha sukses kaya raya membangun banyak perusahaan akan memiliki banyak relasi bisnis dan karyawaan yang jumlahnya ribuan orang. Namun relasi sosial yang terjalin hanya sekedar relasi kontraktual atau dengan kata lain hubungannya didasarkan karena hubungan bisnis,saling mencari keuntungan. Kalaupun ada hubungan pribadi hanya terjalin dengan anggota keluarga saja. Sedangkan relasi personal dengan non-keluarga  tidak terjalin. Dengan harta yang dimiliki orang kaya dapat berbakti ( konsep orang cina ) untuk negaranya yang diaplikasikan pada penciptaan lapangan pekerjaan. Tetapi perlu diingat kita tidak pernah tahu bakti yang dilakukan orang cina kaya tersebut memang semata-mata sebagai bakti kepada lingkungan dan Negara yang sudah diajarkan secara turun-temurun atau hanya menjadikan bakti sebagai ‘amunisi’ untuk menambah sumber daya yang dimiliki. Secara rasional tentu orang ingin kaya,tetap kaya dan tambah kaya.Tindakan seseorang pasti dilatarbelakangi oleh motif tertentu dan yang mengetahui secara pasti adalah dirinya sendiri.Saya melihat ajaran bakti orang cina sebagai nasihat positif,namun dalam prakteknya tidak selalu positif.Ada saja penyimpangan yang dilakukan,sama seperti ajaran agama,ada yang soleh adapula yang ingkar pada ajaran Tuhannya.
Berbeda dengan orang tidak kaya,mereka cenderung menjalin relasi sosial komunal berdasarkan persamaan nasib. Mereka tidak memiliki modal sebagai akses membuka jalan untuk jaringan sosial yang luas. Mereka fokus untuk mencari kehidupan yang lebih demi memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya para buruh pabrik dengan jam kerja lebih dari 12 jam,mereka tidak memiliki waktu untuk memperluas jaringan sosial. Tak ada waktu dan uang untuk membuka peluang relasi sosial yang lebih luas.
Kesimpulannya meskipun orang kaya dapat membuka hubungan sosial yang luas dengan kuantitas anggota jaringan sosial yang banyak akan tetapi kualitas hubungannya tidaklah personal. Hubungan yang terjalin berdasarkan ekonomi dan uang, Hal ini hanya akan menghasilkan relasi sosial yang struktural fungsional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar