Minggu, 05 April 2015

Pemimpin Galau: Rakyat kembali terluka

Tentu kita masih ingat dengan kampanye Jokowi yang selalu berujar tentang efektifitas, berhemat, kerja dan mengabdi untuk kepentingan rakyat. Belum satupun dari janji-janjinya ditepati. Kartu sakti yang jadi andalan saat kampanye pun rasanya hanya symbol saja, diberikan hanya kepada beberapa saja dari orang miskin di Indonesia, saya mengerti karena untuk urusan kartu itu butuh uang banyak, maka salah satu caranya dengan menghentikan subsidi BBM yang katanya akan dialihkan untuk sector yang lebih produktif. Sampai hari ini saya masih setia menunggu apa hasilnya, yang jelas bulan maret saja sudah dua kali kenaikan BBM dilakukan.

Mengikuti kenaikan BBM harga gas elpiji 12 kg naik, ongkos kendaraan umum naik, harga bahan pokok tidak luput kena imbas. Alasannya mengikuti harga minyak dunia, tapi saying pembantu Jokowi belum mampu mengatur regulasi harga bahan pokok, mengantisipasi naiknya ongkos transportasi dan akhirnya rakyatlah yang menjadi korban, seperti biasanya. Kenaikan harga BBM yang galau dan labil tidak diikuti dengan kenaikan gaji para pegawai baik negeri maupun swasta. Saya akan acungi empat jempol jika Presiden mampu menyesuaikan gaji pegawai sesuai kenaikan harga BBM juga. Nah susah kan karena pasti prosesnya jelimet, tapi itu urusan Presiden dan pembantunya toh mereka digaji dari uang rakyat, yah selamat berpikir keras karena kalian kami bayar untuk berpikir bukan ongkang-ongkang kaki dan sibuk dengan hal yang tidak darurat.

Hari ini rakyat Indonesia kembali terluka, setelah hobi baru pemerintahan sekarang yang doyan menaikan harga bahan bakar minyak dengan kegagalan upaya preventif dan control terhadap harga bahan pokok dan biaya transportasi bagi rakyat, kini muncul wacana yang saya rasa segera akan menjadi nyata yaitu menaikan tunjangan uang muka bagi pejabat Negara untuk pembelian kendaraan perorangan dari Rp. 116.650.000,- menjadi Rp. 210.890.000,-. Menurut versi pemerintah wacana ini berawal dari surat Ketua DPR-RI Setya Novanto kepada Presiden Jokowi, yang kemudian dikomunikasikan melalui Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Awalnya DPR mengajukan kenaikan sebesar Rp. 250.000.000,- dengan pertimbangan kenaikan harga kendaraan (setkab.go.id). Maka keluarlah Perpres No.39 tahun 2015 untuk menyetujui kenaikan tunjangan uang muka kendaraan pejabat Negara/eselon I.
Saya sungguh tidak pandai menghitung, tidak juga paham soal akuntabilitas dan managemen, namun saya yang terbiasa berhadapan dengan masalah social sangat terluka dengan keputusan tersebut. Rasanya gaji dan tunjangan mereka sudah cukup untuk makan dan menyekolahkan anak-anak mereka para pejabat yang katanya ingin bekerja mengabdi untuk rakyat. Wajar memang jika para pejabat dapat mobil dinas. Misalnya peemrintah beli saja mobil merek Avan*a yang harganya Rp.186.100.000,- itu sudah lebih dari cukup jika mereka melihat di lebak banten misalnya orang untuk berpindah sejauh belasan kilo hanya dengan berjalan kaki. Dan mobil dinas sifatnya tidak memaksa, jika mau silahkan kalau mau yang lebih beli saja sendiri. Dengan alas an tidak semua pejabat menggunakan mobil dinas bukan lantas pemerintah memanjakan mereka dengan memberi uang muka kendaraan.

Berhemat, nawa cita, sederhana, bekerja dan rayuan gombal Jokowi lainnya sangat kontradiktif dengan apa yang langsung kita alami. Saya menanyakan dimana urat empati mereka, rakyat morat-marit mikir bagaimana mengatur uang yang tidak tambah setiap bulannya yang harus menutupi kebutuhan hidup yang kian menyulitkan.

Maklum jika banyak gerakan mahasiswa yang menuntut turunnya Jokowi-JK, karena mahasiswa yang idealis masih punya nurani dan mampu memposisikan diri sebagai rakyat yang menjadi korban kebijakan pemerintah yang tidak solutif.


Saya hanya bisa menulis seperti ini, karena butuh kekuasaan untuk dapat melawan kebijakan pemerintah. Saya berdoa semoga Presiden Jokowi dan para pembantunya, serta Ketua DPR RI dengan anggota-anggotanya yang dibilang “anggota dewan terhormat” ( entah apa kriteria mereka terhormat, saya ga ngerti) diberi hidayah oleh Allah Swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar