Senin, 23 Maret 2015

MOST WANTED FEMALE

Dulu boleh jadi seorang muslimah enggan mengenakan hijab karena khawatir sulit mendapatkan jodoh, namun agaknya berbeda dengan sekarang. Munculnya figure-figur wanita cantik berhijab, berprestasi, pintar dan tidak sedikit yang diberi label soleha. Kemunculan mereka agen-agen muslimah berhijab menjadi salah satu factor berubahnya paradigma di atas. Kini wanita berhijab justru banyak dicari. Para pria mulai berpikir jauh tentang keluarga dan masa depan, sadar bahwa perempuan adalah madrasah pertama bagi anak, tentunya jika menginginkan anak yang berkualitas akhlaknya harus dididik oleh seorang yang berakhlak baik.
Pernyataan yang sering saya temukan adalah “perempuan berhijab belum tentu soleha kok, jadi hijab bukan kriteria utama untuk dijadikan istri”, ada juga “ berhijab itu harus datang dari dalam diri, panggilan jiwa tidak bisa dipaksa”. Benar orang berhijab belum tentu lebih baik dari yang tidak berhijab.

Saya coba ibaratkan dengan ilustrasi berikut
Ketika pergi ke suatu Mall, saya ingin membeli parfum. Ada dua pilihan kalau saya beli parfum yang dipinggir jalan digelar begitu saja, tanpa dibungkus rapih, siapapun boleh memegang mencium bahkan mencobanya sesuka hati sebelum menentukan pilihan parfum yang akan dibeli. Ada juga parfum yang dijual khusus di suatu toko, dibungkus rapih, ditempatkan dalam etalase cantik. Barangnya sama, parfum. Tapi ada yang membedakan yaitu nilai. Saat kita mendatangi toko parfum di Mall, tentunya kita tidak bisa sembarangan pegang, kalau jatuh kita harus membayar uang ganti yang pastinya lebih mahal dari parfum di pinggir jalan. Artinya sesuatu yang dibungkus rapih,ditempatkan dalam etalase  indah akan terlihat lebih mewah, special dan harganya lebih mahal. Analogi serupa bisa kita ilustrasikan untuk benda lainnya. Apapun itu kalau dikemas rapih punya nilai jual yang tinggi.

Saya pribadi menjadikan hijab sebagai salah satu kriteria calon istri kelak. Setidaknya dengan berhijab dia menghargai dirinya sendiri, menjaga kehormatan dirinya dari tontonan gratis pria lain terhadap tubuhnya.

Pria harus memantaskan diri, menginginkan perempuan yang seperti Aisya RA, namun kita tidak mau mengikuti akhlak Rasul, maka jangan harap mendapatkan wanita seperti istri rasul. Karena perempuan baik-baik hanya untuk laki-laki baik-baik, begitu sebaliknya.
Kesimpulannya adalah wanita berhijab menjadi salah satu kriteria pria muslim mencari calon istri, dengan syarat dan ketentuan berlaku, maksudnya bukan sekedar urusan hijab, tapi ada poin-poin lainnya yang mengikuti syarat berhijab seperti kecerdasan, asal-usul keluarga dan tentunya akhlaknya.


Selamat berjuang menemukan belahan jiwamu!

GUYONAN YANG KEBABLASAN #garagaramedsos #degradasimoral #beasmartuser

Di era kecanggihan teknologi informasi sekarang ini, media sosial tidak dapat dipungkiri telah menjadi taman bermain sebagian masyarakat Indonesia bahkan dunia. Arus informasi menyebar tanpa batas, diakses nyaris 24 jam oleh setiap orang. Internet dengan fitur-fiturnya yang menarik membawa perubahan sosial yang tidak bisa dianggap sepele. Perubahan yang saya amati paling besar adalah arus transfer informasi dengan konten yang beragam baik hal yang positif maupun negatif.
Kecanggihan teknologi tentu mendatangkan keuntungan bagi peradaban manusia, kemudahan berkomunikasi tanpa risau dengan jarak yang memisahkan, hubungan jarak jauh pun tak terasa jauh karena ada internet sebagai ruang pertemuan baru yang mengasikan. Berbagai informasi dapat diperoleh secara cepat dan akurat. Proses belajar mengajar menjadi mudah, materi kuliah bisa didapat dengan berkunjung ke mbah google. Di sektor ekonomi tidak dapat dielakkan internet menjadi gaya baru sistem perdagangan berbasis online. Kehadiran sosial media memudahkan orang berbisnis tanpa perlu modal besar untuk sewa ruko, toko atau lapak dagangan. Bermodal smartphone kita dapat berkomunikasi, belajar, berdagang dan belanja. Itulah beberapa kemudahan atau keuntungan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.
Teknologi yang berkembang pesat berimbas pada perubahan sosial. Salah satu yang saya soroti adalah kemerosotan nilai atau bahasa kerennya adalah degradasi moral akibat penggunaan teknologi yang tidak bijak oleh sebagian masyarakat. Media sosial seperti twitter, path, instagram dan facebook adalah beberapa aplikasi jejaring sosial popular di masyarakat. Keempatnya punya kesamaan yaitu merangsang orang menjadi narsis, exhibitionist dan keanehan lainnya yang sulit juga untuk saya ungkap. Seperti contoh orang yang update status tempat di path, pastinya akan memilih tempat yang dianggap keren misalkan café yang sedang happening, resto mahal sampai tempat wisata dengan pemandangan menarik. Instagram menjadi media berbagi foto pribadi, sampai makanan. Ritual sebelum makan orang jaman sekarang mungkin bukan berdoa tapi foto dulu, upload baru makan. Setelah makan update lagi di path. Bahkan bangun tidur bukan minum air putih dulu tapi cek smartphone. Selfie menjadi gaya hidup bagi yang katanya manusia modern. Dari bangun tidur sampai mau tidur wajib foto dulu dengan sederet apliaksi photo editor yang mampu vermak muka agar lebih elok dan tujuannya apalagi selain berharap like, love dan comment dari followers. Maka hidup manusia sekarang khususnya mereka yang addicted dengan media sosial adalah terkekang oleh tuntutan eksis di dunia maya, hidup damai yang bergantung pada jempol teman untuk memberikan apresiasi like, love and comment.
Deskripsi di atas agaknya tidak terlalu bermasalah karena masih menyangkut kebiasaan individu. Yang menyedihkan bagi saya adalah justru degradasi moral yang kian Nampak jelas terlihat setiap kali melihat media sosial. Orang tidak lagi segan saling meledek, membuat meme dengan gambar orang yang dianggap aneh, unik dan nyeleneh. Saya coba menyoroti tren #hajilulung . Kita tentu pernah diajarkan oleh ayah ibu kita dan guru-guru di sekolah untuk selalu menghormati orang yang lebih tua, jangan menghina orang lain, jangan menyakiti hati orang lain dan berbaik hatilah kepada sesama. Kurang lebih itu pelajaran moral yang kita dapat di rumah dan sekolah. Tapi sekarang orang-orang dan mirisnya anak muda yang menjadi kreatornya justru dengan bebas membuat guyonan bahkan cenderung mengarah kepada penghinaan. Dasar dari tren #hajilulung adalah kesalahan haji lulung. Setiap manusia bisa salah, benar kan. Coba tanya pada diri sendiri, tidak pernahkah melakukan kesalahan? Atau sebegitu sempurnakah kita?. Saya pribadi tidak perduli dengan respon haji lulung, namun sebagai orang Indonesia, anak muda dan antropolog sedih rasanya jika nilai-nilai yang dipupuk sejak kecil justru luntur karena buaian media sosial yang justru memenjarakan nilai-nilai moral dan membebaskan kebablasan yang tidak terbendung lagi.

Kesimpulannya adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi bisa menjadi elevator menuju kualitas hidup yang lebih baik jika dimanfaatkan secara bijak dan proporsional. Sebaliknya bisa menjadi penghancur nilai-nilai moral yang sudah ditanamkan bahkan sejak jaman nenek moyang. Menghargai, menghormati dan menjaga perasaan orang lain rasanya lebih penting dari pada kejailan yang disengaja demi sebuah guyonan, tawa hina dan kesenangan sendiri. Mari gunakan kecanggihan teknologi untuk yang baik-baik saja. Semua berawal dari diri kita sendiri. Yuk jaga aib diri dan orang lain. Berbahagialah dengan berbaik hati pada orang.