Di era kecanggihan teknologi informasi sekarang ini, media
sosial tidak dapat dipungkiri telah menjadi taman
bermain sebagian masyarakat Indonesia bahkan dunia. Arus informasi menyebar
tanpa batas, diakses nyaris 24 jam oleh setiap orang. Internet dengan
fitur-fiturnya yang menarik membawa perubahan sosial yang tidak bisa dianggap
sepele. Perubahan yang saya amati paling besar adalah arus transfer informasi
dengan konten yang beragam baik hal yang positif maupun negatif.
Kecanggihan teknologi tentu mendatangkan keuntungan bagi
peradaban manusia, kemudahan berkomunikasi tanpa risau dengan jarak yang
memisahkan, hubungan jarak jauh pun tak terasa jauh karena ada internet sebagai
ruang pertemuan baru yang mengasikan. Berbagai informasi dapat diperoleh secara
cepat dan akurat. Proses belajar mengajar menjadi mudah, materi kuliah bisa
didapat dengan berkunjung ke mbah google. Di sektor ekonomi tidak dapat
dielakkan internet menjadi gaya baru sistem perdagangan berbasis online. Kehadiran sosial media
memudahkan orang berbisnis tanpa perlu modal besar untuk sewa ruko, toko atau
lapak dagangan. Bermodal smartphone
kita dapat berkomunikasi, belajar, berdagang dan belanja. Itulah beberapa
kemudahan atau keuntungan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.
Teknologi yang berkembang pesat berimbas pada perubahan sosial.
Salah satu yang saya soroti adalah kemerosotan nilai atau bahasa kerennya
adalah degradasi moral akibat
penggunaan teknologi yang tidak bijak oleh sebagian masyarakat. Media sosial
seperti twitter, path, instagram dan facebook adalah beberapa aplikasi
jejaring sosial popular di masyarakat. Keempatnya punya kesamaan yaitu merangsang
orang menjadi narsis, exhibitionist dan keanehan lainnya yang sulit juga untuk
saya ungkap. Seperti contoh orang yang update
status tempat di path, pastinya akan
memilih tempat yang dianggap keren misalkan café yang sedang happening, resto mahal sampai tempat wisata dengan pemandangan menarik. Instagram menjadi media berbagi foto
pribadi, sampai makanan. Ritual sebelum makan orang jaman sekarang mungkin
bukan berdoa tapi foto dulu, upload
baru makan. Setelah makan update lagi
di path. Bahkan bangun tidur bukan
minum air putih dulu tapi cek smartphone.
Selfie menjadi gaya hidup bagi yang
katanya manusia modern. Dari bangun tidur sampai mau tidur wajib foto dulu
dengan sederet apliaksi photo editor yang mampu vermak muka agar lebih elok dan tujuannya apalagi selain berharap like, love dan comment dari followers. Maka
hidup manusia sekarang khususnya mereka yang addicted dengan media sosial adalah terkekang oleh tuntutan eksis
di dunia maya, hidup damai yang bergantung pada jempol teman untuk memberikan
apresiasi like, love and comment.
Deskripsi di atas agaknya tidak terlalu bermasalah karena
masih menyangkut kebiasaan individu. Yang menyedihkan bagi saya adalah justru
degradasi moral yang kian Nampak jelas terlihat setiap kali melihat media sosial.
Orang tidak lagi segan saling meledek, membuat meme dengan gambar orang yang
dianggap aneh, unik dan nyeleneh. Saya coba menyoroti tren #hajilulung . Kita
tentu pernah diajarkan oleh ayah ibu kita dan guru-guru di sekolah untuk selalu
menghormati orang yang lebih tua, jangan menghina orang lain, jangan menyakiti
hati orang lain dan berbaik hatilah kepada sesama. Kurang lebih itu pelajaran
moral yang kita dapat di rumah dan sekolah. Tapi sekarang orang-orang dan
mirisnya anak muda yang menjadi kreatornya justru dengan bebas membuat guyonan
bahkan cenderung mengarah kepada penghinaan. Dasar dari tren #hajilulung adalah
kesalahan haji lulung. Setiap manusia bisa salah, benar kan. Coba tanya pada
diri sendiri, tidak pernahkah melakukan kesalahan? Atau sebegitu sempurnakah
kita?. Saya pribadi tidak perduli dengan respon haji lulung, namun sebagai
orang Indonesia, anak muda dan antropolog sedih rasanya jika nilai-nilai yang
dipupuk sejak kecil justru luntur karena buaian media sosial yang justru
memenjarakan nilai-nilai moral dan membebaskan kebablasan yang tidak terbendung
lagi.
Kesimpulannya adalah kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi bisa menjadi elevator
menuju kualitas hidup yang lebih baik jika dimanfaatkan secara bijak dan
proporsional. Sebaliknya bisa menjadi penghancur nilai-nilai moral yang sudah
ditanamkan bahkan sejak jaman nenek moyang. Menghargai, menghormati dan menjaga
perasaan orang lain rasanya lebih penting dari pada kejailan yang disengaja
demi sebuah guyonan, tawa hina dan kesenangan sendiri. Mari gunakan kecanggihan
teknologi untuk yang baik-baik saja. Semua berawal dari diri kita sendiri. Yuk
jaga aib diri dan orang lain. Berbahagialah dengan berbaik hati pada orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar