Minggu, 03 November 2013

Pasar Unpad

PENELITIAN KUALITATIF
Pasar Unpad

Disusun Oleh :
Gumiardi Aprian G.P. (170510100043)
Hilman Amirullah (170510100045)
Werdy Satrio (170510100080)
Muhammad Baskara (170510100081)



Jurusan Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran
2012



Pasar Unpad
Pasar minggu atau sering disebut juga Pasar Unpad (Paun) adalah  pasar  yang diadakan setiap hari  minggu di sekitar lingkungan kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor tepatnya di lokasi bekas kampus Unwim. Paun dibuka mulai dari pukul tujuh hingga pukul dua belas siang.  Penjual umumnya menjajakan dagangannya dengan membuat lapak-lapak sederhana,gerobak dan  atap berupa terpal atau bahkan tanpa atap. Dan ada pula yang memanfaatkan bangunan setempat untuk  menggelar dagangannya. Penjual umumnya berasal dari daerah Jatinangor  dan sekitarnya. Barang yang dijual sangat beragam, mulai dari makanan, pakaian, alat rumah tangga, perlengkapan sekolah, kebutuhan pokok, hingga alat-alat elektronik. Dari penjelasan tersebut maka Paun (Pasar Unpad) dapat di kategorikan sebagai pasar tradisional karena sistem jual beli terjadi langsung antara penjual dan pembeli dapat bertemu dalam satu tempat, dan terjadi proses tawar-menawar.
Potensi Pasar Unpad
Keungulan dari Paun ini adalah harga barang yang ditawarkan lebih murah dari pasar pada umumnya (selain makanan), walaupun dengan kualitas yang lebih rendah. Biasanya barang yang ditawarkan adalah barang bekas dan barang reject dari pabrik. Barang-barang tersebut biasanya dikondisikan terlebih dahulu agar lebih layak untuk dijual. Harga barang sangat bervariasi tergantung dari kondisi barang itu sendiri. Semakin baik kualitas barang maka semakin tinggi harganya dan berlaku pula kebalikannya. Harga barang bervariasi mulai dari Rp. 5000,00 hingga Rp.100.000,00 tergantung jenis barang dan kualitas.
Selain unggul dari segi harga, letaknya yang strategis yaitu dekat dengan kampus Unpad, membuat Paun selalu ramai dikunjungi. Pengunjung yang datang umumnya dari kalangan mahasiswa dan penduduk setempat. Pengunjung yang datang juga berasal dari berbagai tingkat ekonomi.
Faktor lain yang menyebabkan pasar unpad selalu ramai dikunjungi adalah waktu buka yang relatif singkat dan bertepatan dengan hari libur. Waktu buka yang singkat membuat calon pembeli  datang secara berbondong-bondong, sehingga barang dagangan lebih cepat laku. Waktu buka pada hari minggu membuat Paun bukan hanya sebatas pasar tetapi juga sebagai tempat bersantai dan bersosialiasi. Hal ini ditandai dengan banyaknya mahasiswa dan warga yang menghabiskan libur hari minggu di Paun untuk berolahraga atau sekedar berbelanja barang kebutuhan rumah tangga. Dengan kelebihan tersebut diatas, Paun sangat berpotensi sebagai tempat usaha sampingan bagi warga setempat. Diperkirakan perputaran uang yang terjadi di Paun mencapai puluhan juta rupiah per pekannya.
Sebagai kawasan pendidikan tinggi, Jatinangor ramai didatangi mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia. Bahkan lebih banyak pendatang daripada penduduk asli. Hal ini menjadi berkah dan sumber penghasilan bagi penduduk asli. Pondokan, warung makan, rentalan, tempat fotocopy, dan segala macam hal dapat menjadi tambang uang di Jatinangor. Tak terkecuali bagi pedagang yang khusus menggelar dagangannya hanya pada  hari di minggu di Paun. KPT Jatinangor memiliki Paun yang merupakan kepanjangan dari Pasar Unpad, seperti UGM dengan sunmor –Sunday morning-nya di kawasan GSP. Sepertinya setiap kampus memiliki pasar tumpah yang dapat menjadi ikon.
Kategori Barang Yang Diperjualbelikan
Berbagai barang digelar dan dijual disini mulai dari pakaian, buah-buahan, sayur-sayuran, binatang, mainan anak-anak sampai peralatan rumah tangga. Selain itu, ada juga berbagai permainan anak-anak yang digelar di sebuah lapangan terbuka yang akan menyambut dan memeriahkan para calon pembeli yang membawa serta anak-anaknya. Tak hanya barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dijual, berbagai penjual makananpun bisa dengan mudahnya dijumpai di pasar kaget ini.
Sepanjang pintu gerbang kampus Unpad Jatinangor hingga kawasan Kiara Payung kita pun dapat menemukan berbagai jenis barang terutama sandang dan pangan. Pakaian baru dan bekas untuk anak-anaka,dewasa,pria dan wanita dijual dengan harga yang relatif lebih murah. Perlengkapan rumah tangga seperti sapu,ember,alat-alat makan tersedia. Penjual makanan ringan,berat dan minumuan turut serta meramaikan suasana pasar unpad. Bagi para pengunjung yang lelah berkeliling menikmati sajian makanan seperti batagor,bubur ayam,bakso,dsb.

Konsumerisme
Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat konsumtif sehingga menjadi pangsa pasar potensial bagi sejumlah produsen dalam negeri maupun mancanegara. Jumlah penduduknya yang mencapai dua ratus lima puluh juta jiwa tentu saja menjadikannya sebagai pangsa konsumen lima besar di dunia—dibawah China, AS, India. Oleh karena itu sudah tak terhitung jumlah mall, kedai kuliner, pasar tradisional, sampai pasar-pasar kaget yang tersedia di negeri ini yang mana semuanya selalu terlihat dijejali oleh orang-orang konsumtif. Tak hanya kawasan komersial saja yang menjadi sasaran kalangan pedagang untuk menjajakan barang-barang dagangannya, kawasan pendidikan juga sudah mereka “jarah”. Salah satunya ialah Pasar Universitas Padjajaran yang merupakan pasar kaget temporer yang buka di jalan areal kampus tersebut. Barang-barang yang dijajakan laris dalam waktu lima jam saja. Padahal tidak semua barang yang dijual fungsional. Aktifitas belanja hanya didasarkan pada keinginan bukan kebutuhan. Kebiasaan ini akan berimbas pada gaya hidup yang boros. Jika kebiasaan ini terus dilakukan dan diturunkan pada generasi berikutnya maka konsumerisme potensial menjadi budaya masyarakat Indonesia yang konsumtif,tidak bijaksana dalam hal keuangan. Efisiensi pengeluaran sulit direm karena budaya kunsumtif telah ditanamkan sejak kecil.
Relokasi Pasar Unpad
Berawal Dari Kampus Unpad Jatinangor
Pasar kaget yang lebih dikenal dengan nama Paun ini atau Pasar Unpad awalnya digelar didalam area kampus Unpad Jatinangor. Namun karena faktor kebersihan dan keindahan di dalam kampus akhirmya pasar yang selalu disesaki oleh konsumen ini kemudian dipindahkan di sepanjang gerbang masuk Unpad. Pasar ini buka setiap hari Minggu sampai menjelang siang,sama halnya dengan pasar kaget-pasar kaget yang lainnya.
Pada awalnya pedagang Paun menempati area kampus Unpad Jatinangor untuk menjual barang daganganya. Oleh karena itu dikenal dengan nama Paun yang berarti pasar Unpad. Namun sejak awal tahun ajaran 2009, pedagang Paun dilarang berjualan di area kampus Unpad. Istilahnya mereka digusur karena pihak Unpad ingin membentuk citra Unpad sebagai kampus hijau. Memang keberadaan pedagang Paun meninggalkan banyak ‘masalah’ bagi Unpad, seperti kebersihan, keindahan, kerapihan, ketertiban, dan kriminalitas.
Berpindah ke kampus Unwim
Sejak dilarang berjualan di area Unpad, para pedagang memboyong dagangannya ke kawasan Unwim yang saat itu masih terbengkalai. Memang, Paun menjadi jauh untuk dijangkau. Dari jalan raya utama masih harus jalan sekitar  50 meter untuk mencapainya. Walaupun begitu, Paun tidak kehilangan para pelanggan setianya. Paun tetap ramai dan selalu membuat macet di hari Minggu. Paun menjadi hiburan lain bagi para mahasiswa dan warga  di KPT (Kawasan Perguruan Tinggi) Jatinangor yang memilih dan yang terpaksa- menghabiskan akhir minggunya di kosan. Paun menjadi alternatif tempat belanja karena harganya sesuai dengan isi kantong sebagian mahasiswa . Lagipula, semua ada di Paun. Mulai dari kuliner, sayur-buah-daging segar, alat dapur, sepatu, kacamata, barang pecah belah, hingga lem tikus dan pakaian bekas ala gedebage. Paun juga menjadi tambang uang bagi aktivis mahasiswa yang butuh dana untuk membiayai kegiatan kemahasiswaan yang akrab disebut Danus ( Dana usaha ).  Paun tidak hanya dipenuhi mahasiswa, penduduk sekitar Jatinangor ikut meramaikan Paun sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Paun memang identik dengan nama Unpad. Setelah dipindahkan ke area kampus Unwim, namanya tidak berubah. Tetap Paun karena  ada juga yang mengatakan jika Paun juga bisa merupakan kepanjangan dari Pasar Unwim. Namun, Paun yang di Unwim bukanlah Pasar Unwim, Paun tetap Pasar Unpad meskipun tidak menempati lahan Unpad lagi.
 Kini setelah Unwim resmi menjadi hak milik ITB, seluruh bangunan Unwim telah diperbarui dan dipasang plang nama ITB- Paun tidak berganti nama. Tetap Paun, yang merupakan Pasar Unpad ada yang berbeda setelah plang nama ITB menggantikan Unwim setelah hampir 3 tahun menempati area tersebut, muncul rumor jika tidak lama lagi ITB akan melarang keberadaan pedagang Paun di wilayah teritorialnya. Entah apa yang melatarbelakangi keputusan tersebut  mungkin alasan kebersihan, kerapihan, keindahan, keamanan, atau apapun  yang pasti para pedagang sedikit merasa terganggu dengan rumor tersebut. Untuk kedepanya tentu saja keberadaan Paun hendaknya di relokasikan sesuai dengan keinginan para pedagang dan pihak kampus agar Paun ini tetap ada.
Beralih ke Kiara Payung
Rumor yang menghantui para pedagang terjadi juga,pihak ITB telah melarang para pedagang beraktifitas di kawasan kampus ITB jatinangor yang hingga kini masih dalam proses pembangunan. Maka para pedagang beralih ke kawasan sepanjang jalan Kiara Payung di depan gerbang kampus Unpad Jatinangor. Jalanan yang sempit dan penuh sesak oleh pedagang dan pengunjung harus berimbas pada kemacetan yang cukup parah. Bahkan kondisi lalu lintas sangat berbahaya bagi para pejalan kaki yang mau tidak mau harus berjalan di badan jalan. Perpindahan lokasi ini memberikan dampak pada penurunan jumlah pedagang. Dilihat dari luas lokasi pasar jumlah pedagangnnya relatif sedikit dibandingkan saat digelar di Kampus ITB. Meski tidak merugi namun keuntungan yang didapat tidak lebih besar dari sebelumnya karena lokasinya terlalu jauh untuk dijangkau oleh pengunjung.
Meski telah direlokasi beberapa kali akan tetapi  kemacetan tetap sulit dihindarkan. Lebar jalan yang kecil dengan bahu jalan disesaki para pedagang dan pejalan kaki. Meski digelar hanya pada hari minggu permasalahan yang muncul tetap harus diperhatikan untuk kenyamanan dan keamanan semua pihak. Campur tangan pemerintah untuk mengorganisir kegiatan tersebut  diharapkan akan membantu menyelesaikan sekelumit permasalahan di pasar unpad. Fenomena sederhana ini ternyata menyimpan berbagai permasalahan yang apabila tidak segera dicarikan solusinya akan menjadi masalah yang kompleks. Tidak ada satupun petugas kepolisian yang mengamankan kegiatan pasar unpad. Hanya ada satpam dan juru parker saja yang terlihat sibuk mengarahkan kendaraan yang melewati lokasi paun.
Paun Sebagai Arena Hiburan
Keberadaan pasar tumpah unpad menjadi arena bagi warga untuk menghabiskan waktu libur akhir pekan bersama keluarga ataupun kawan secara murah meriah. Banyak hal yang dilakukan oleh pengunjung mulai dari berbelanja,olahraga,jalan-jalan atau sekedar mencari sarapan. Kegiatan tersebut dilandasi oleh keinginan untuk melepas penat setelah selama sepekan beraktifitas,dengan mengunjungi pasar tumpah diharapkan akan memberikan kepuasan secara psikologis,menarik diri dari kepenatan selama bekerja.
Sistem Sewa Tempat
            Paun yang selalu ramai dengan pedagang pedagang dari pedagang pakaina hingga bumbu masakan memiliki pola tersendiri dalam hal sewa tempat. Pengelola pasar membuat kotak kotak lahan tempat untuk pedagang. Betiap pedagang diberikan kesempatan untuk memilih lahan mana yang mereka sukai dengan cara datang lebih awal.suatu lahan yang sudah di tempati oleh satu pedagang biasanya terus menerus di tempati oleh pedagang itu.
            Konflik biasa terjadi apabila salah satu dari pedagang tidak berjualan di sutu minggu,kemudian lahan itu di tempati oleh pedagang lain dan di minggu selanjutnya pedagang pertama berjualan kembali sedangkan lahannya di tempati oleh pedagang di minggu sebelumnya.jika hal ini terjadi biasanya pedagang yang bersangkutan berembuk untuk mencari solusi.salah satu pedagang yang sempat kami wawancarai menyampaikan lebih baik mengalah daripada bertengkar.dia menyampaikan bahwa jika saat berdagang kemudian bertengkar biasanya sepi pembeli.
             Para pedagang yang berjualan di paun tidak dikenakan biaya sewa tapi mereka dikenai biaya retribusi. Besar biaya retribusi yang dikenakan kepada pedagang berbeda-beda sesuai dengan barang yang di jual dan luas lahannya.besarnya biaya retribusi dari Rp1000,00 – Rp3000,00. Setiap minggu ada petugas yang menagih kesetiap pedagang.
Pola pengelolaan sampah
            Pengelolaan sampah di Paun dilakukan oleh petugas Paun. Para pedagang cukup membayar biaya retribusi sesuai ketentuannya dan petugas Paun yang melakukan bersih-bersih selepas pasar selesai. Biasanya Minggu siang selepas Paun ,wilayah Paun kotor dan banyak sampah tapi di sore harinya wilayah Paun sudah bersih kembali.

Interaksi Penjual dan Pembeli
Kelebihan yang ditawarkan pasar unpad adalah sistem tawar menawar yang dapat dilakukan oleh pembeli pada pedagang. Kemampuan tawar menawar menjadi penting bagi calon pembeli agar mendapat harga yang semurah mungkin. Relasi yang dibangun seolah menjadi personal antara pedagang dan pembeli,untuk mempermudah transaksi. Pedagang berupaya membuat calon pembeli senyaman mungkin dengan komunikasi yang atraktif. Pembeli pun melakukan pendekatan verbal agar memperoleh harga yang murah. Meski seolah personal,namun sebenarnya relasi mereka tetaplah impersonal. Karena satu sama lain tidak mengenal secara pribadi. Hanya terikat relasi kontraktual diantara mereka.
Banyak terjadi proses interaksi antara penjual dan pembeli di paun, baik yang hanya sekedar menawar, menanyakan harga, ataupun membeli. Pembeli disini kebanyakan adalah masyarakat sekitar jatinangor, bahkan saat ditemui di lapangan ada juga orang dari luar jatinangor yang berbelanja disini. Alasan mereka berbelanja disini adalah karena harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan pasar hari biasa, dan karena harganya juga bisa ditawar, serta merupakan hiburan tersendiri bagi masyarakat jatinangor.
Proses jual beli yang terjadi seperti pada pasar tradisional, yaitu calon pembeli datang kepada penjual lalu penjual memberitahukan harganya, jika calon pembeli tidak setuju dengan harga yang ditawarkan, pembelipun mengajukan harga yang pas menurut calon pembeli, lalu disitu terjadi proses tawar menawar sehingga menghasilkan kesepakatan antara penjual dan calon pembeli. Dan jika sulit menemukan kesepakatan calon pembeli pergi dan mencari penjual lain. Dan biasanya calon pembeli ini mengelilingi pasar sampai menemukan barang yang diinginkan dan harganya pas. Dan interaksi yang terjadi disini termasuk interaksi yang impersonal (tidak dekat), karena sebelumnya tidak ada interaksi yang terjadi, dan interaksinya hanya sebatas di proses jual-beli.
Selain membeli barang, ternyata orang - orang yang datang ke paun punya alasan lain, misalnya hanya sekedar berjalan-jalan mengisi waktu libur, berolah raga, ataupun untuk mencari hiburan bersama keluarga. Dan banyak juga orang yang tadinya tidak niat membeli sesuatu di paun ini akhirnya membeli juga barang di paun ini.

Faktor-faktor yang membuat paun tetap bertahan
Walaupun sudah 2 kali terjadi pemindahan terhadap paun, yang awalnya di dalam kampus Unpad, lalu dipindah ke depan kampus ITB Jatinangor, lalu setelah itu di pindah ke kawasan Kiara Payung, tetapi paun ini tetap bertahan sampai sekarang. Selain para pedagang yang tetap mengusahakan bertahannya paun, masyarakat sekitar Jatinangor pun juga ikut mendukung bertahannya paun. Selain harga barang-barang di paun yang tergolong murah, juga karena masyarakat jatinangor menganggap paun sebagai hiburan di akhir pekan, dan juga paun sebagai event mingguan masyarakat Jatinangor.
Paun merupakan hiburan tersendiri bagi masyarakat jatinangor, karena selain mereka bisa cuci mata melihat barang-barang dagangan yang hampir semua barang kebutuhan masyarakat ada, mereka juga bisa berjalan-jalan sambil olahraga, itu karena letak paun yang sekarang agak jauh dari perumahan, serta tidak adanya angkutan umum untuk kesana. Dan disini mulai ada penambahan tentang fungsi pasar, yang tadinya hanya sebagai tempat jual-beli, sekarang menjadi tempat hiburan.
Dan faktor lain yang membuat paun bertahan hingga sekarang adalah, paun ini sendiri tidak dilarang oleh pemerintah setempat. sehingga tidak terjadi penutupan terhadap paun itu sendiri, kalaupun pindah, itu hanya sekedar pindah tempat saja bukan penutupan. Dan pengelolaan paun itu sendiri dilakukan oleh masyarakat sekitar Jatinangor, dan pedagang disini pun dikenai biaya yang cukup murah yaitu hanya sebesar Rp. 3000 per petak kios serta keuntungan yang relatif banyak, sehingga para pedagang tetap bertahan berjualan di paun ini.
 Dan terakhir adalah harga barang di paun relatif lebih murah dibandingkan di pasar umumnya, sehingga setiap minggunya paun tetap dikunjungi oleh masyarakat Jatinangor dan sekitarnya.
Implikasi dan Rekomendasi
Salah satu kekurangan dari Paun adalah tata letak yang tidak diatur dengan baik walaupun ada beberapa petugas dari warga setempat yang berupaya menertibkan tata letak lapak-lapak dagangan. Tidak teraturnya tata letak, membuat pembeli kesulitan untuk menemukan barang yang diinginkan. Untuk itu dibutuhkan manajemen yang baik. Hal pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan mengelompokan lapak-lapak berdasarkan jenis dagangan (zoning). Dengan demikian, diharapkan pembeli dapat mencari barang atau kebutuhan yang mereka inginkan dengan mudah dan cepat.
Faktor lain yang menjadi kekurangan adalah kurangnya sarana kebersihan. Luasnya area dan banyaknya pengunjung Paun tidak diimbangi dengan fasilitas kebersihan, seperti tempat sampah.  Akibatnya, banyak sampah yang berserakan yang mengganggu pemandangan. Hal ini perlu diperbaiki dengan pengadaan tempat sampah.
Faktor keamanan juga menjadi kelemahan dari Paun. Kondisi pasar yang padat dan kurangnya petugas keamanan, membuat Paun rentan terhadap tindak kriminal seperti penjambretan dan pencopetan. Untuk itu, perlu adanya penambahan jumlah petugas keamanan untuk menjaga keamanan selama dibukanya Paun.

Secara ekonomi keberadaan pasar unpad memberikan keuntungan bagi para pedagang. akan tetapi keberadaan pasar unpad menyebabkan kemacetan karena badan jalan pun digunakan untuk berdagang. Akhirnya para pengendara harus berjejal mencari celah diantara orang-orang yang berjalan dan pedagang. Bahkan kemacetan ini tak jarang menyebabkan perselisihan antar pengendara. Seharusnya kegiatan pasar unpad didukung dengan program car free day di sekitar kampus unpad sampai kampus baru ITB. Atau pihak keamanan secara tegas melarang pedagang berjualan di badan jalan dan bahu jalan. Kegiatan pasar hanya boleh dilakukan di lokasi yang tidak dilalui kendaraan. Keberadaan pasar unpad potensial menimbulkan implikasi yang kompleks. Kesadaran para aktor yang terlibat dalam aktifitas di pasar unpad untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta peran aktif pihak kepolisian untuk mengamankan dan mencegah kemacetan seputar kiara payung sampai gerbang unpad.
Apabila sinergi dapat dibangun oleh semua pihak,pasar unpad akan membantu menggerakan perekonomian warga jatinangor. Sekaligus menjadi arena interaksi sosial masyarakat.
Paun merupakan salah satu dari contoh dari pasar tumpah yang beroperasi pada hari tertentu saja, tidak hanya pada akhir pekan saja, tetapi ada juga pasar tumpah ini beroperasi pada saat malam hari pada saat di bulan Ramadhan. Dan hampir semua pasar tumpah yang buka khusus hari-hari tertentu sama seperti paun dari sistem, pembeli, serta proses interaksi yang terjadi. Dan tradisi pasar tumpah ini banyak tersebar di seluruh pulau Jawa. Sehingga tradisi pasar tumpah ini sudah cukup populer bagi masyarakat di pulau Jawa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar