PENELITIAN KUALITATIF
Pasar
Unpad
Disusun Oleh :
Gumiardi Aprian G.P. (170510100043)
Hilman Amirullah (170510100045)
Werdy Satrio (170510100080)
Muhammad Baskara (170510100081)
Jurusan Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran
2012
Pasar Unpad
Pasar minggu
atau sering disebut juga Pasar Unpad (Paun) adalah pasar yang diadakan setiap hari minggu di sekitar lingkungan kampus
Universitas Padjadjaran Jatinangor tepatnya di lokasi bekas kampus Unwim. Paun
dibuka mulai dari pukul tujuh hingga pukul dua belas siang. Penjual
umumnya menjajakan dagangannya dengan membuat lapak-lapak sederhana,gerobak dan
atap berupa terpal atau bahkan tanpa atap. Dan ada pula yang memanfaatkan
bangunan setempat untuk menggelar
dagangannya. Penjual umumnya berasal dari daerah Jatinangor dan
sekitarnya. Barang yang dijual sangat beragam, mulai dari makanan, pakaian,
alat rumah tangga, perlengkapan sekolah, kebutuhan pokok, hingga alat-alat
elektronik. Dari penjelasan tersebut maka Paun (Pasar Unpad) dapat di
kategorikan sebagai pasar tradisional karena sistem jual beli terjadi langsung
antara penjual dan pembeli dapat bertemu dalam satu tempat, dan terjadi proses
tawar-menawar.
Potensi
Pasar Unpad
Keungulan dari Paun ini adalah harga barang yang ditawarkan lebih
murah dari pasar pada umumnya (selain makanan), walaupun dengan kualitas yang
lebih rendah. Biasanya barang yang ditawarkan adalah barang bekas dan barang reject
dari pabrik. Barang-barang tersebut biasanya dikondisikan terlebih dahulu agar
lebih layak untuk dijual. Harga barang sangat bervariasi tergantung dari
kondisi barang itu sendiri. Semakin baik kualitas barang maka semakin tinggi
harganya dan berlaku pula kebalikannya. Harga barang bervariasi mulai dari Rp.
5000,00 hingga Rp.100.000,00 tergantung jenis barang dan kualitas.
Selain unggul dari segi harga, letaknya yang strategis yaitu dekat dengan
kampus Unpad, membuat Paun selalu ramai dikunjungi. Pengunjung yang datang
umumnya dari kalangan mahasiswa dan penduduk setempat. Pengunjung yang datang
juga berasal dari berbagai tingkat ekonomi.
Faktor lain yang menyebabkan pasar unpad selalu ramai dikunjungi
adalah waktu buka yang relatif singkat dan bertepatan dengan hari libur. Waktu
buka yang singkat membuat calon pembeli
datang secara berbondong-bondong, sehingga barang dagangan lebih cepat
laku. Waktu buka pada hari minggu membuat Paun bukan hanya sebatas pasar tetapi
juga sebagai tempat bersantai dan bersosialiasi. Hal ini ditandai dengan
banyaknya mahasiswa dan warga yang menghabiskan libur hari minggu di Paun untuk
berolahraga atau sekedar berbelanja barang kebutuhan rumah tangga. Dengan
kelebihan tersebut diatas, Paun sangat berpotensi sebagai tempat usaha
sampingan bagi warga setempat. Diperkirakan perputaran uang yang terjadi di Paun
mencapai puluhan juta rupiah per pekannya.
Sebagai
kawasan pendidikan tinggi, Jatinangor ramai didatangi mahasiswa dari berbagai
penjuru Indonesia. Bahkan lebih banyak pendatang daripada penduduk asli. Hal
ini menjadi berkah dan sumber penghasilan bagi penduduk asli. Pondokan, warung
makan, rentalan, tempat fotocopy, dan segala macam hal dapat menjadi tambang
uang di Jatinangor. Tak terkecuali bagi pedagang yang khusus menggelar dagangannya
hanya pada hari di minggu di Paun. KPT
Jatinangor memiliki Paun yang merupakan kepanjangan dari Pasar Unpad, seperti
UGM dengan sunmor –Sunday morning-nya di kawasan GSP. Sepertinya setiap kampus
memiliki pasar tumpah yang dapat menjadi ikon.
Kategori Barang Yang Diperjualbelikan
Berbagai barang digelar dan dijual disini mulai dari pakaian,
buah-buahan, sayur-sayuran, binatang, mainan anak-anak sampai peralatan rumah
tangga. Selain itu, ada juga berbagai permainan anak-anak yang digelar di
sebuah lapangan terbuka yang akan menyambut dan memeriahkan para calon pembeli
yang membawa serta anak-anaknya. Tak hanya barang-barang kebutuhan sehari-hari
yang dijual, berbagai penjual makananpun bisa dengan mudahnya dijumpai di pasar
kaget ini.
Sepanjang
pintu gerbang kampus Unpad Jatinangor hingga kawasan Kiara Payung kita pun dapat
menemukan berbagai jenis barang terutama sandang dan pangan. Pakaian baru dan
bekas untuk anak-anaka,dewasa,pria dan wanita dijual dengan harga yang relatif
lebih murah. Perlengkapan rumah tangga seperti sapu,ember,alat-alat makan
tersedia. Penjual makanan ringan,berat dan minumuan turut serta meramaikan
suasana pasar unpad. Bagi para pengunjung yang lelah berkeliling menikmati
sajian makanan seperti batagor,bubur ayam,bakso,dsb.
Konsumerisme
Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat konsumtif sehingga menjadi
pangsa pasar potensial bagi sejumlah produsen dalam negeri maupun mancanegara.
Jumlah penduduknya yang mencapai dua ratus lima puluh juta jiwa tentu saja
menjadikannya sebagai pangsa konsumen lima besar di dunia—dibawah China, AS,
India. Oleh karena itu sudah tak terhitung jumlah mall, kedai kuliner, pasar
tradisional, sampai pasar-pasar kaget yang tersedia di negeri ini yang mana semuanya
selalu terlihat dijejali oleh orang-orang konsumtif. Tak hanya kawasan
komersial saja yang menjadi sasaran kalangan pedagang untuk menjajakan
barang-barang dagangannya, kawasan pendidikan juga sudah mereka “jarah”. Salah
satunya ialah Pasar Universitas Padjajaran yang merupakan pasar kaget temporer
yang buka di jalan areal kampus tersebut. Barang-barang yang dijajakan laris
dalam waktu lima jam saja. Padahal tidak semua barang yang dijual fungsional.
Aktifitas belanja hanya didasarkan pada keinginan bukan kebutuhan. Kebiasaan
ini akan berimbas pada gaya hidup yang boros. Jika kebiasaan ini terus
dilakukan dan diturunkan pada generasi berikutnya maka konsumerisme potensial
menjadi budaya masyarakat Indonesia yang konsumtif,tidak bijaksana dalam hal
keuangan. Efisiensi pengeluaran sulit direm karena budaya kunsumtif telah
ditanamkan sejak kecil.
Relokasi Pasar Unpad
Berawal Dari Kampus Unpad Jatinangor
Pasar kaget yang lebih dikenal dengan nama Paun ini atau Pasar Unpad
awalnya digelar didalam area kampus Unpad Jatinangor. Namun karena faktor
kebersihan dan keindahan di dalam kampus akhirmya pasar yang selalu disesaki
oleh konsumen ini kemudian dipindahkan di sepanjang gerbang masuk Unpad. Pasar
ini buka setiap hari Minggu sampai menjelang siang,sama halnya dengan pasar
kaget-pasar kaget yang lainnya.
Pada
awalnya pedagang Paun menempati area kampus Unpad Jatinangor untuk menjual
barang daganganya. Oleh karena itu dikenal dengan nama Paun yang berarti pasar
Unpad. Namun sejak awal tahun ajaran 2009, pedagang Paun dilarang berjualan di
area kampus Unpad. Istilahnya mereka digusur karena pihak Unpad ingin membentuk
citra Unpad sebagai kampus hijau. Memang keberadaan pedagang Paun meninggalkan
banyak ‘masalah’ bagi Unpad, seperti kebersihan, keindahan, kerapihan, ketertiban,
dan kriminalitas.
Berpindah ke kampus
Unwim
Sejak
dilarang berjualan di area Unpad, para pedagang memboyong dagangannya ke
kawasan Unwim yang saat itu masih terbengkalai. Memang, Paun menjadi jauh untuk
dijangkau. Dari jalan raya utama masih harus jalan sekitar 50 meter untuk mencapainya. Walaupun begitu,
Paun tidak kehilangan para pelanggan setianya. Paun tetap ramai dan selalu
membuat macet di hari Minggu. Paun menjadi hiburan lain bagi para mahasiswa dan
warga di KPT (Kawasan Perguruan Tinggi)
Jatinangor yang memilih dan yang terpaksa- menghabiskan akhir minggunya di
kosan. Paun menjadi alternatif tempat belanja karena harganya sesuai dengan isi
kantong sebagian mahasiswa . Lagipula, semua ada di Paun. Mulai dari kuliner,
sayur-buah-daging segar, alat dapur, sepatu, kacamata, barang pecah belah,
hingga lem tikus dan pakaian bekas ala gedebage. Paun juga menjadi tambang uang
bagi aktivis mahasiswa yang butuh dana untuk membiayai kegiatan kemahasiswaan
yang akrab disebut Danus ( Dana usaha ).
Paun tidak hanya dipenuhi mahasiswa, penduduk sekitar Jatinangor ikut
meramaikan Paun sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Paun
memang identik dengan nama Unpad. Setelah dipindahkan ke area kampus Unwim,
namanya tidak berubah. Tetap Paun karena
ada juga yang mengatakan jika Paun juga bisa merupakan kepanjangan dari
Pasar Unwim. Namun, Paun yang di Unwim bukanlah Pasar Unwim, Paun tetap Pasar
Unpad meskipun tidak menempati lahan Unpad lagi.
Kini setelah Unwim resmi menjadi hak milik
ITB, seluruh bangunan Unwim telah diperbarui dan dipasang plang nama ITB- Paun
tidak berganti nama. Tetap Paun, yang merupakan Pasar Unpad ada yang berbeda
setelah plang nama ITB menggantikan Unwim setelah hampir 3 tahun menempati area
tersebut, muncul rumor jika tidak lama lagi ITB akan melarang keberadaan
pedagang Paun di wilayah teritorialnya. Entah apa yang melatarbelakangi
keputusan tersebut mungkin alasan
kebersihan, kerapihan, keindahan, keamanan, atau apapun yang pasti para pedagang sedikit merasa
terganggu dengan rumor tersebut. Untuk kedepanya tentu saja keberadaan Paun
hendaknya di relokasikan sesuai dengan keinginan para pedagang dan pihak kampus
agar Paun ini tetap ada.
Beralih ke Kiara Payung
Meski
telah direlokasi beberapa kali akan tetapi kemacetan tetap sulit dihindarkan. Lebar jalan
yang kecil dengan bahu jalan disesaki para pedagang dan pejalan kaki. Meski
digelar hanya pada hari minggu permasalahan yang muncul tetap harus
diperhatikan untuk kenyamanan dan keamanan semua pihak. Campur tangan
pemerintah untuk mengorganisir kegiatan tersebut diharapkan akan membantu menyelesaikan
sekelumit permasalahan di pasar unpad. Fenomena sederhana ini ternyata
menyimpan berbagai permasalahan yang apabila tidak segera dicarikan solusinya
akan menjadi masalah yang kompleks. Tidak ada satupun petugas kepolisian yang
mengamankan kegiatan pasar unpad. Hanya ada satpam dan juru parker saja yang
terlihat sibuk mengarahkan kendaraan yang melewati lokasi paun.
Paun Sebagai Arena
Hiburan
Sistem
Sewa Tempat
Paun yang selalu ramai dengan pedagang pedagang dari
pedagang pakaina hingga bumbu masakan memiliki pola tersendiri dalam hal sewa
tempat. Pengelola pasar membuat kotak kotak lahan tempat untuk pedagang. Betiap
pedagang diberikan kesempatan untuk memilih lahan mana yang mereka sukai dengan
cara datang lebih awal.suatu lahan yang sudah di tempati oleh satu pedagang
biasanya terus menerus di tempati oleh pedagang itu.
Konflik
biasa terjadi apabila salah satu dari pedagang tidak berjualan di sutu
minggu,kemudian lahan itu di tempati oleh pedagang lain dan di minggu
selanjutnya pedagang pertama berjualan kembali sedangkan lahannya di tempati
oleh pedagang di minggu sebelumnya.jika hal ini terjadi biasanya pedagang yang
bersangkutan berembuk untuk mencari solusi.salah satu pedagang yang sempat kami
wawancarai menyampaikan lebih baik mengalah daripada bertengkar.dia
menyampaikan bahwa jika saat berdagang kemudian bertengkar biasanya sepi
pembeli.
Para pedagang yang berjualan di paun tidak
dikenakan biaya sewa tapi mereka dikenai biaya retribusi. Besar biaya retribusi
yang dikenakan kepada pedagang berbeda-beda sesuai dengan barang yang di jual
dan luas lahannya.besarnya biaya retribusi dari Rp1000,00 – Rp3000,00. Setiap
minggu ada petugas yang menagih kesetiap pedagang.
Pola
pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah di Paun dilakukan oleh petugas
Paun. Para pedagang cukup membayar biaya retribusi sesuai ketentuannya dan
petugas Paun yang melakukan bersih-bersih selepas pasar selesai. Biasanya
Minggu siang selepas Paun ,wilayah Paun kotor dan banyak sampah tapi di sore
harinya wilayah Paun sudah bersih kembali.
Interaksi Penjual dan
Pembeli
Kelebihan
yang ditawarkan pasar unpad adalah sistem tawar menawar yang dapat dilakukan
oleh pembeli pada pedagang. Kemampuan tawar menawar menjadi penting bagi calon
pembeli agar mendapat harga yang semurah mungkin. Relasi yang dibangun seolah
menjadi personal antara pedagang dan pembeli,untuk mempermudah transaksi.
Pedagang berupaya membuat calon pembeli senyaman mungkin dengan komunikasi yang
atraktif. Pembeli pun melakukan pendekatan verbal agar memperoleh harga yang murah.
Meski seolah personal,namun sebenarnya relasi mereka tetaplah impersonal. Karena
satu sama lain tidak mengenal secara pribadi. Hanya terikat relasi kontraktual diantara
mereka.
Banyak
terjadi proses interaksi antara penjual dan pembeli di paun, baik yang hanya
sekedar menawar, menanyakan harga, ataupun membeli. Pembeli disini kebanyakan
adalah masyarakat sekitar jatinangor, bahkan saat ditemui di lapangan ada juga
orang dari luar jatinangor yang berbelanja disini. Alasan mereka berbelanja
disini adalah karena harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan
pasar hari biasa, dan karena harganya juga bisa ditawar, serta merupakan
hiburan tersendiri bagi masyarakat jatinangor.
Proses
jual beli yang terjadi seperti pada pasar tradisional, yaitu calon pembeli
datang kepada penjual lalu penjual memberitahukan harganya, jika calon pembeli
tidak setuju dengan harga yang ditawarkan, pembelipun mengajukan harga yang pas
menurut calon pembeli, lalu disitu terjadi proses tawar menawar sehingga
menghasilkan kesepakatan antara penjual dan calon pembeli. Dan jika sulit
menemukan kesepakatan calon pembeli pergi dan mencari penjual lain. Dan
biasanya calon pembeli ini mengelilingi pasar sampai menemukan barang yang
diinginkan dan harganya pas. Dan interaksi yang terjadi disini termasuk
interaksi yang impersonal (tidak dekat), karena sebelumnya tidak ada interaksi
yang terjadi, dan interaksinya hanya sebatas di proses jual-beli.
Selain
membeli barang, ternyata orang - orang yang datang ke paun punya alasan lain,
misalnya hanya sekedar berjalan-jalan mengisi waktu libur, berolah raga,
ataupun untuk mencari hiburan bersama keluarga. Dan banyak juga orang yang
tadinya tidak niat membeli sesuatu di paun ini akhirnya membeli juga barang di
paun ini.
Faktor-faktor yang membuat
paun tetap bertahan
Walaupun
sudah 2 kali terjadi pemindahan terhadap paun, yang awalnya di dalam kampus Unpad,
lalu dipindah ke depan kampus ITB Jatinangor, lalu setelah itu di pindah ke
kawasan Kiara Payung, tetapi paun ini tetap bertahan sampai sekarang. Selain
para pedagang yang tetap mengusahakan bertahannya paun, masyarakat sekitar Jatinangor
pun juga ikut mendukung bertahannya paun. Selain harga barang-barang di paun
yang tergolong murah, juga karena masyarakat jatinangor menganggap paun sebagai
hiburan di akhir pekan, dan juga paun sebagai event mingguan masyarakat Jatinangor.
Paun
merupakan hiburan tersendiri bagi masyarakat jatinangor, karena selain mereka
bisa cuci mata melihat barang-barang dagangan yang hampir semua barang
kebutuhan masyarakat ada, mereka juga bisa berjalan-jalan sambil olahraga, itu
karena letak paun yang sekarang agak jauh dari perumahan, serta tidak adanya
angkutan umum untuk kesana. Dan disini mulai ada penambahan tentang fungsi
pasar, yang tadinya hanya sebagai tempat jual-beli, sekarang menjadi tempat
hiburan.
Dan
faktor lain yang membuat paun bertahan hingga sekarang adalah, paun ini sendiri
tidak dilarang oleh pemerintah setempat. sehingga tidak terjadi penutupan
terhadap paun itu sendiri, kalaupun pindah, itu hanya sekedar pindah tempat
saja bukan penutupan. Dan pengelolaan paun itu sendiri dilakukan oleh
masyarakat sekitar Jatinangor, dan pedagang disini pun dikenai biaya yang cukup
murah yaitu hanya sebesar Rp. 3000 per petak kios serta keuntungan yang relatif
banyak, sehingga para pedagang tetap bertahan berjualan di paun ini.
Dan terakhir adalah harga barang di paun
relatif lebih murah dibandingkan di pasar umumnya, sehingga setiap minggunya
paun tetap dikunjungi oleh masyarakat Jatinangor dan sekitarnya.
Implikasi
dan Rekomendasi
Salah satu kekurangan dari Paun adalah tata letak yang tidak diatur
dengan baik walaupun ada beberapa petugas dari warga setempat yang berupaya
menertibkan tata letak lapak-lapak dagangan. Tidak teraturnya tata letak,
membuat pembeli kesulitan untuk menemukan barang yang diinginkan. Untuk itu
dibutuhkan manajemen yang baik. Hal pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengelompokan lapak-lapak berdasarkan jenis dagangan (zoning). Dengan demikian,
diharapkan pembeli dapat mencari barang atau kebutuhan yang mereka inginkan
dengan mudah dan cepat.
Faktor lain yang menjadi kekurangan adalah kurangnya sarana
kebersihan. Luasnya area dan banyaknya pengunjung Paun tidak diimbangi dengan
fasilitas kebersihan, seperti tempat sampah. Akibatnya, banyak sampah yang berserakan yang
mengganggu pemandangan. Hal ini perlu diperbaiki dengan pengadaan tempat
sampah.
Faktor keamanan juga menjadi kelemahan dari Paun. Kondisi pasar yang
padat dan kurangnya petugas keamanan, membuat Paun rentan terhadap tindak
kriminal seperti penjambretan dan pencopetan. Untuk itu, perlu adanya
penambahan jumlah petugas keamanan untuk menjaga keamanan selama dibukanya Paun.
Secara
ekonomi keberadaan pasar unpad memberikan keuntungan bagi para pedagang. akan
tetapi keberadaan pasar unpad menyebabkan kemacetan karena badan jalan pun
digunakan untuk berdagang. Akhirnya para pengendara harus berjejal mencari
celah diantara orang-orang yang berjalan dan pedagang. Bahkan kemacetan ini tak
jarang menyebabkan perselisihan antar pengendara. Seharusnya kegiatan pasar
unpad didukung dengan program car free day di sekitar kampus unpad sampai
kampus baru ITB. Atau pihak keamanan secara tegas melarang pedagang berjualan
di badan jalan dan bahu jalan. Kegiatan pasar hanya boleh dilakukan di lokasi
yang tidak dilalui kendaraan. Keberadaan pasar unpad potensial menimbulkan
implikasi yang kompleks. Kesadaran para aktor yang terlibat dalam aktifitas di
pasar unpad untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta peran aktif pihak
kepolisian untuk mengamankan dan mencegah kemacetan seputar kiara payung sampai
gerbang unpad.
Apabila
sinergi dapat dibangun oleh semua pihak,pasar unpad akan membantu menggerakan
perekonomian warga jatinangor. Sekaligus menjadi arena interaksi sosial
masyarakat.
Paun
merupakan salah satu dari contoh dari pasar tumpah yang beroperasi pada hari
tertentu saja, tidak hanya pada akhir pekan saja, tetapi ada juga pasar tumpah
ini beroperasi pada saat malam hari pada saat di bulan Ramadhan. Dan hampir
semua pasar tumpah yang buka khusus hari-hari tertentu sama seperti paun dari
sistem, pembeli, serta proses interaksi yang terjadi. Dan tradisi pasar tumpah
ini banyak tersebar di seluruh pulau Jawa. Sehingga tradisi pasar tumpah ini
sudah cukup populer bagi masyarakat di pulau Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar