Menjadi dewasa adalah sebuag keniscayaan atas tahapan hidup
yang kita jalani. Dewasa saat dimana berpikir sebelum bertindak menjadi prinsip
hidup yang mesti dikedepankan. Meminimalisir resiko dari setiap perbuatan.
Menjadi dewasa artinya tidak lagi memikirkan diri sendiri, saatnya berpikir
untuk sekeliling kita. Dewasa masa dimana kita merasa tuntutan hidup begitu
deras ditambah ketakutan demi ketakutan yang menghantui setiap langkah. Masa di
saat pertanyaan orang-orang di sekitar menjadi sangat menyebalkan, tak jarang
menyulut emosi, menguji kesabaran. Menjadi dewasa bukan perkara usia semata,
menjadi dewasa sejatinya berpikir lebih bijak, memperbaiki yang rusak, menjadi
pribadi yang lebih berarti.
Dewasa bisa jadi fase pembuktian diri atas apa yang kita
nikmati dan pelajari semata kanak-kanak dan remaja yang begitu indah bagi
sebagian orang tentunya. Namun fase dewasa membawa kekhawatiran berlebih bagi
sebagian dari kita. Saat pertanyaan “kapan lulus?, Udah kerja?, Udah punya
rumah ?, udah punya pacar?, Kapan nikah?, Kapan punya momongan?” dan masih
banyak pertanyaan hidup yang tak jarang membuat orang mati kutu dibuatnya.
Dewasa tidak selalu membuat orang peka, namun sebagian dari kita terasa lebih
sensitive, maka berhati-hatilah saat berbicara ketika sama-sama telah dewasa,
bukan tidak mungkin ceplas ceplos yang jadi budaya saat remaja justru
menghancurkan hubungan pertemanan yang terbina lama. Bukan menjadi sosok serius
tapi saat dewasa kita ada baiknya belajar meneliti kondisi emosi orang-orang sekitar
kita.
Kekhawatiran, ketakutan, sensitifitas emosi, materialistic
menjadi poin yang mungkin terjadi pada sebagian besar dari kita yang mulai
masuk pada fase dewasa. Namun setiap orang punya cara sendiri mengatasinya.
Bagi yang Bergama tentu akan terbantu dengan kepercayaan kita bahwa Tuhan
menciptakan hamba Nya dengan rezekinya masing-masing yang mustahil tertukar,
besar kecilnya tergantung usaha yang dilakukan. Kekhawatiran akan sirna dengan
keyakinan atas adanya sesuatu yang lebih dari kita, yang akan mengganti resah
gelisah menjadi ketenangan jiwa.
Saat dewasa kita akan merasa cobaan begitu dekat, keindahan
masa kanak-kanak, kebebasan kala remaja agaknya sulit dijumpai. Sebenarnya
tidak begitu, hal itu terjadi karena pada saat kanak-kanak dan remaja kita
lebih cenderung bebas terhadap perasaan, tak banyak berpikir dan berdamai
dengan hidup maka tidak heran dunia kanak-kanak dan remaja banyak diwarnai
canda, tawa, kenakalan, paling-paling tangis haru saat perpisahan sekolah atau
curhat gebetan diambil orang. Namun berbeda saat fase dewasa kita lebih
berpikir kedepan, habis ini mau apa, apalagi, bagaimana kalau gagal, kapan saya
akan menikah, kapan saya akan punya rumah, nanti akan menjadi orang tua seperti
apa, dan lain-lain. Segala macam hal dipikirkan, itulah yang kita sebut dengan
cobaan.
Agama, Tuhan memberikan ketenangan atas kegetiran yang
kelewat berlebihan kita tanggapi. Bagi yang beriman tentu tahu betul bahwa
Tuhan tidak tidur, setiap kata dan tindakan yang kita lakukan Dia tahu, dan itu
juga yang jadi pertimbangan Tuhan atas apa yang akan diberikan kepada kita.
Setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Mari kita hadapi fase kedewasaan menjadi
tidak kalah indah dengan masa kanak-kanak dan remaja, hanya saja kita
menambahkan porsi berpikir logis lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar