Senin, 06 April 2015

Mungkin dia (presiden) lelah

Menjabat sebagai Presiden tentunya bukanlah pekerjaan mudah, kesibukan yang luar biasa, tumpukan dokumen yang menunggu ditandatangani sering kali membuat Presiden khilaf, itulah yang kini dilakukan Presiden Jokowi. Publik heran Presiden tidak tahu dokumen macam apa yang dia tandangani. Yang menyebalkan adalah Jokowi memberikan keterangan pers dengan tawa yang mengisyaratkan seolah ini adalah hal sepele, padahal dokumen kebijakan kenaikan tunjangan kendaraan pejabat itu membebankan uang Negara sebesar 168 Milyar rupiah. Uang sebanyak itu jika dialihkan ke sector pendidikan dapat membangun 150.000 ruang kelas baru.
Lalu siapa yang salah dalam hal ini?. Jawaban normatifnya kita jangan saling menyalahkan, namun dalam tulisan ini saya harus menyalahkan Presiden dan Menterinya. Mengapa? Yah Seorang menteri seharusnya membangun koordinasi yang baik, memang Presiden tidak punya banyak waktu untuk memeriksa semua dokumen yang menggunung, baiknya menteri menjelaskan secara lisan apa isi dokumen itu secara terbuka, jujur dan apa adanya. Apalagi ini urusan duit, apa susahnya bilang “ Pak, ada kebijakan baru yang disarankan untuk uang muka mobil pejabat jadi 210 juta, kurang lebih akan merogoh uang Negara sebesar 168 Milyar rupiah”. Sebenarnya pesan itu inti dari dokumen dari Menteri Keuangan. Disamping itu Presiden tetap harus disalahkan karena sembrono menandatangani dokumen Negara yang penting. Jangan-jangan kalau ada dokumen penjualan pulau jawa ke pihak asing bisa ditandangani juga sama Jokowi dengan alasan tidak tahu isi dokumen. Bukan alasan jika kesibukan menjadi sebab tidak diperiksa dokumen sebelum ditandatangani. Ada pendapat mengatakan gunakan saja jasa asisten ahli kepresidenan untuk membantu Jokowi menelaah dokumen-dokumen Negara, akan tetapi dikhawatirkan Jokowi kecolongan juga.
Ketika seorang Jokowi dengan penuh kesadaran ingin menjadi Presiden, maka konsekuensinya dia harus mau bekerja keras, lebih teliti bahkan menyita waktunya untuk kepentingan rakyat, karena dia bekerja kami rakyat yang membayar upahnya, kami berikan fasilitas, kami utus orang-orang cerdas di sekitarnya untuk membantu dan kami bayar mereka dengan rupiah yang tidak sedikit, jadi tunjukanlah pada kami kinerja professional kalian.
Yang saya amati dari kasus ini adalah Jokowi telah mencoreng muka sendiri, public akhirnya tahu betapa tidak telitinya Jokowi untuk dokumen penting seperti ini, senyum dan tawa saat klarifikasi kepada awak media dirasa tidak tepat, seolah ini hal sepele bukannya meminta maaf kepada rakyat atas keteledorannya dan kritik saya kepada para menteri dan Legislatif, lebih peka terhadap situasi social rakyat Indonesia sebelum membuat kebijakan. Apakah pantas pejabat yang sudah digaji besar minta uang buat mobil, sementara rakyat masih bergantung pada angkutan umum yang tarifnya kian tak pasti, setelah kebijakan harga BBM menyeusaikan dengan harga minya dunia.

Semoga Allah memberi hidayah bagi mereka dan rakyat diberikan kesabaran. Buat Pak Jokowi kalau butuh bantuan buat periksa dokumen, saya mau kok pak bantu bapak, ikhlas cukup dikasih nasi kotak juga mau JJJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar