Lalu bagaimana dengan Presiden Jokowi?. Beliau tetap teguh tidak akan memberi ampun pada pengedar narkoba. Agaknya sikap ini juga menimbulkan suudzon karena seperti yang kita tahu, Jokowi cukup mengecewakan rakyat di tahun pertama kepemimpinanya, tidak perlu saya absen satu-satu, tentu anda tahu dan merasakannya. Keputusan jokowi untuk tegas terhadap perang melawan narkoba memang perlu kita apresiasi, asalkan niatnya lurus jangan karena ingin membersihkan nama dan reputasi saja.
Hal lain yang saya analisis adalah tentang konsep 'hadiah/pemberian/bantuan'. Dalam kehidupan sosial masyarakat hadiah mengandung sejuta makna, bisa berarti rasa cinta, penghargaan ataupun investasi sosial, maksudnya memberi hadiah untuk sesuatu di waktu yang akan datang. Ketulusan dalam pemberian sukar-sukar gampang dinilai, mungkin hanya waktu yang bisa menjawab. " Tidak ada makan siang gratis", saya teringat kata-kata dari Prof. Oekan Abdullah guru besar Antropologi Unpad. Dalam pergaulan politik internasional memberi 'bantuan' bukan semata-mata bentuk empati tapi investasi, ini yang yang kita lihat dari munculnya konflik baru Australia dan Indonesia terkait eksekusi mati warga Australia. Maka pemerintah harus hati-hati bukan apa-apa karena indonesia sampai saat ini masih menjadi negara penerima hibah dari negara lain, jangan sampai hibah atau bantuan menjadi ongkos murah membeli kedaulatan bangsa Indonesia. Semoga para Pemimpin kita sadar akan hal itu. Karena aku cinta Indonesia. Selamat Malam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar