Senin, 23 Februari 2015

Gender dan Media

1.     
§  Wanita dan media sering kali dan bahkan nyata selalu terkait. Wanita dijadikan sebagai objek untuk menarik perhatian public terhadap segala macam produk baik berupa iklan, program televisi, majalah,dsb. Perempuan seolah diperlakukan special karena perempuan menjadi sangat dominan dalam media. Seolah-olah emansipasi diterapkan secara adil bahkan cenderung pihak perempuan yang mendapat tempat. Kita bisa melihat dalam program-program televisi, perempuan sering kali muncul dari pada laki-laki. Namun sungguh mengkhawatirkan secara implisit perempuan justru menyandang stereotype yang merugikan kaum perempuan secara umum. Kondisi ini justru tidak disadari oleh para pelaku industri hiburan seperti para talent yang mengikuti program Take Me Out Indonesia. Dalam program televise tersebut 20 wanita cantik dan seksi ( image yang dibentuk) bersaing mencari pasangan. Para wanita tersebut berpenampilan menarik dengan model pakaian yang membentuk lekuk tubuh atau yang biasa kita sebut pakaian seksi. Disadari atau tidak, media telah membentuk citra bahwa perempuan lajang ini berlomba-lomba berpenampilan semenarik mungkin untuk memikat para pria yang notabene adalah pria mapan yang dihadirkan. Posisi pria dalam acara ini adalah sebagai pemilih dan perempuan adalah yang dipilih. Tontonan hiburan ini telah membentuk image bahwa laki-laki memiliki kekuasaan untuk memilih, sedangkan perempuan adalah subjek pasif yang hanya menunggu untuk dipilih. Hingga saat ini program yang tayang di salah satu Televisi swasta nasional ini masih saja tayang, meski telah merendahkan martabat perempuan secara general.
§  Tabloid khusus wanita banyak bermuculan, beberapa diantaranya adalah Nova, Bintang, Kartini, Femina,dsb. Tabloid tersebut berisi rubric-rubrik yang khas perempuan ( hasil kosntruksi budaya), seperti resep-resep makanan, tips-tips menjaga hubungan baik dengan pasangan, fashion terbaru, promosi kosmetik dan yang selalu ada dalam setiap tabloid perempuan adalah gossip para public figure yang biasanya terkait dengan kehidupan pribadi artis tersebut seperti berita perceraian, perselingkuhan,dll. Apa yang termuat dalam tabloid tersebut mempertegas stereotype yang selama ini terlanjur melekat pada perempuan sebagai kaum yang matrealistis ( terutama sosialita) dan senang bergosip, yang mana hal itu sering disebut sebagai kegiatan yang tidak produktif. Perempuan yang dianggap konsumtif menjadi sasaran empuk bagi para media entrpreuneur untuk meraup keuntungan.


§  Ternyata tidak hanya perempuan yang punya majalah, para pria juga mempunyai majalah atau tabloid khusus. Salah satunya adalah majalah Otomotif. Majalah ini memuat berbagai hal tentang mobil, motor, desain interior kendaraan hingga update produk kendaraan terbaru. Konten yang dimuat jelas merupakan hal yang maskulin .lagi-lagi ini citra yang dibentuk secara sosial-budaya. Namun uniknya dalam salah satu covernya diisi oleh model perempuan cantik. Padahal ini adalah majalah otomotif dan segmentasinya adalah pria dewasa. Dengan demikian perempuan memang selalu menjadi objek perhatian. Kecantikan, kemolekan tubuh perempuan dieksploitasi oleh media untuk menarik konsumen yang notabene adalah para pria dewasa.
§   
§  Iklan kondom yang tayang ditelevisi selalu diisi oleh model cantik berpakaian seksi dengan adegan khusus orang dewasa. Salah satu model yang kerap muncul adalah Julia Perez. Dia justru menjadi peran utama dari iklan tersebut. Padahal kondom adalah alat kotrasepsi yang dipakai oleh pria. Dalam percakapn iklan, perempuan lah yang justru menyuruh pria untuk menggunakan kondom. Seolah-olah perempuanlah yang memerlukan pria untuk memakai kondom. Kemasan produk kondom pun selalu ada wanita berpakaian minim yang terpampang. Julia Perez yang ert imagenya dengan artis seksi didaulat menjadi Duta Kondom Indonesia. Kenapa harus Julia Perez? Kenapa tidak pria yang menjadi duta kondom ?. Seolah-olah kondom kebutuhan wanita yang dapat dipenuhi melalui pria.

 “ Penyetaraan Gender Melalui Pendidikan “
Isu mengenai kesetaraan gender sudah cukup lama bergema di Indonesia. Berdasarkan fakta empiris ditemukan banyak kasus yang memposisikan wanita sebaagi subordinat dalam semua aspek kehidupan, baik pendidikan, kesehatan,politik,ekonomi,pembangunan dan sebagainya. Berbagai gerakan sosial feminism terus dilakukan oleh para intelektual yang sadar akan perlunya keharmonisan antara laki-laki dan perempuan.
Relasi kekuasaan gender yang tidak seimbang   menyebabkan rendahnya posisi pria di banding wanita ,   dan rendahnya akses wanita di dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan dirinya dan mendapatkan akses yang sama terhadap sumberdaya seperti pendidikan, keterampilan dan informasi. Keadaan tersebut secara tidak langsung maupun langsung akan membentuk pola permasalahan yang dihadapi wanita seperti TKW, trafficking dan kekerasan dalam rumah tangga.
Pembangunan sejatinya ditujukan untuk menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada, atau memperbaiki yang sudah ada untuk menyeimbangkan kuantitas dan kualitas hidup manusia. Dalam pembangunan seluruh elemen harus terlibat tidak terkecuali dengan gender. Laki-laki dan perempuan perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. Akan tetapi perempuan dalam pembangunan masih belum menjejaki kesejajaran dengan laki-laki. Pembangunan kualitas perempuan sangat penting karena ditangan perempuanlah generasi seperti apa yang akan dihasilkan. Jika perempuan terus termarjinalkan, apa jadinya generasi bangsa ini. Pembangunan di bidang pendidikan bagi perempuan adalah salah satu isu krusial yang harus segera diatasi. Kualitas intelektualitas perempuan masih jauh dari harapan, hal ini berdampak pada kurangnya partisipasi perempuan dalam pembangunan karena masih sedikit kaum perempuan yang memiliki kompetensi dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mana menjadi instrument penting dalam pembangunan.

Pendidikan dan perempuan menjadi hal yang menarik karena meski ini era modern, tidak membuat para perempuan bebas memasuki dunia pendidikan. Meski emansipasi disuarakan sejak lama, sulit mewujudkan kesetaraan dan keadilan terutama dalam bidang pendidikan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar