1.
§ Wanita dan media
sering kali dan bahkan nyata selalu terkait. Wanita dijadikan sebagai objek
untuk menarik perhatian public terhadap segala macam produk baik berupa iklan,
program televisi, majalah,dsb. Perempuan seolah diperlakukan special karena
perempuan menjadi sangat dominan dalam media. Seolah-olah emansipasi diterapkan
secara adil bahkan cenderung pihak perempuan yang mendapat tempat. Kita bisa
melihat dalam program-program televisi, perempuan sering kali muncul dari pada
laki-laki. Namun sungguh mengkhawatirkan secara implisit perempuan justru
menyandang stereotype yang merugikan kaum perempuan secara umum. Kondisi ini justru
tidak disadari oleh para pelaku industri hiburan seperti para talent yang
mengikuti program Take Me Out Indonesia. Dalam
program televise tersebut 20 wanita cantik dan seksi ( image yang dibentuk)
bersaing mencari pasangan. Para wanita tersebut berpenampilan menarik dengan
model pakaian yang membentuk lekuk tubuh atau yang biasa kita sebut pakaian
seksi. Disadari atau tidak, media telah membentuk citra bahwa perempuan lajang
ini berlomba-lomba berpenampilan semenarik mungkin untuk memikat para pria yang
notabene adalah pria mapan yang dihadirkan. Posisi pria dalam acara ini adalah
sebagai pemilih dan perempuan adalah
yang dipilih. Tontonan hiburan ini
telah membentuk image bahwa laki-laki memiliki kekuasaan untuk memilih,
sedangkan perempuan adalah subjek pasif yang hanya menunggu untuk dipilih.
Hingga saat ini program yang tayang di salah satu Televisi swasta nasional ini
masih saja tayang, meski telah merendahkan martabat perempuan secara general.
§
Tabloid
khusus wanita banyak bermuculan, beberapa diantaranya adalah Nova, Bintang,
Kartini, Femina,dsb. Tabloid tersebut berisi rubric-rubrik yang khas perempuan
( hasil kosntruksi budaya), seperti resep-resep makanan, tips-tips menjaga
hubungan baik dengan pasangan, fashion terbaru, promosi kosmetik dan yang
selalu ada dalam setiap tabloid perempuan adalah gossip para public figure yang biasanya terkait dengan kehidupan
pribadi
artis tersebut seperti berita perceraian, perselingkuhan,dll. Apa yang termuat
dalam tabloid tersebut mempertegas stereotype yang selama ini terlanjur melekat
pada perempuan sebagai kaum yang matrealistis ( terutama sosialita) dan senang
bergosip, yang mana hal itu sering disebut sebagai kegiatan yang tidak
produktif. Perempuan yang dianggap konsumtif menjadi sasaran empuk bagi para
media entrpreuneur untuk meraup keuntungan.
§ Ternyata tidak
hanya perempuan yang punya majalah, para pria juga mempunyai majalah atau
tabloid khusus. Salah satunya adalah majalah Otomotif. Majalah ini memuat
berbagai
hal tentang mobil, motor, desain interior kendaraan hingga update produk
kendaraan terbaru. Konten yang dimuat jelas merupakan hal yang maskulin .lagi-lagi ini citra yang
dibentuk secara sosial-budaya. Namun uniknya dalam salah satu covernya diisi
oleh model perempuan cantik. Padahal ini adalah majalah otomotif dan
segmentasinya adalah pria dewasa. Dengan demikian perempuan memang selalu
menjadi objek perhatian. Kecantikan, kemolekan tubuh perempuan dieksploitasi
oleh media untuk menarik konsumen yang notabene adalah para pria dewasa.
§
§
Iklan
kondom yang tayang ditelevisi selalu diisi oleh model cantik berpakaian seksi
dengan adegan khusus orang dewasa. Salah satu model yang kerap muncul adalah
Julia Perez. Dia justru menjadi peran utama dari iklan tersebut. Padahal kondom
adalah alat kotrasepsi yang dipakai oleh pria. Dalam percakapn iklan, perempuan
lah yang justru menyuruh pria untuk menggunakan kondom. Seolah-olah
perempuanlah yang memerlukan pria untuk memakai kondom. Kemasan produk kondom
pun selalu ada wanita berpakaian minim yang terpampang. Julia Perez yang ert
imagenya dengan artis seksi didaulat menjadi Duta Kondom Indonesia. Kenapa
harus Julia Perez? Kenapa tidak pria yang menjadi duta kondom ?. Seolah-olah
kondom kebutuhan wanita yang dapat dipenuhi melalui pria.
“ Penyetaraan Gender Melalui
Pendidikan “
Isu mengenai
kesetaraan gender sudah cukup lama bergema di Indonesia. Berdasarkan fakta empiris
ditemukan banyak kasus yang memposisikan wanita sebaagi subordinat dalam semua
aspek kehidupan, baik pendidikan, kesehatan,politik,ekonomi,pembangunan dan
sebagainya. Berbagai gerakan sosial feminism terus dilakukan oleh para
intelektual yang sadar akan perlunya keharmonisan antara laki-laki dan
perempuan.
Relasi kekuasaan gender yang tidak seimbang
menyebabkan rendahnya posisi pria di banding wanita , dan rendahnya
akses wanita di dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan dirinya dan
mendapatkan akses yang sama terhadap sumberdaya seperti pendidikan,
keterampilan dan informasi. Keadaan tersebut secara tidak langsung maupun
langsung akan membentuk pola permasalahan yang dihadapi wanita seperti TKW,
trafficking dan kekerasan dalam rumah tangga.
Pembangunan sejatinya ditujukan untuk menciptakan sesuatu
yang belum ada menjadi ada, atau memperbaiki yang sudah ada untuk
menyeimbangkan kuantitas dan kualitas hidup manusia. Dalam pembangunan seluruh
elemen harus terlibat tidak terkecuali dengan gender. Laki-laki dan perempuan
perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. Akan tetapi
perempuan dalam pembangunan masih belum menjejaki kesejajaran dengan laki-laki.
Pembangunan kualitas perempuan sangat penting karena ditangan perempuanlah
generasi seperti apa yang akan dihasilkan. Jika perempuan terus termarjinalkan,
apa jadinya generasi bangsa ini. Pembangunan di bidang pendidikan bagi
perempuan adalah salah satu isu krusial yang harus segera diatasi. Kualitas
intelektualitas perempuan masih jauh dari harapan, hal ini berdampak pada
kurangnya partisipasi perempuan dalam pembangunan karena masih sedikit kaum
perempuan yang memiliki kompetensi dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mana menjadi instrument penting dalam pembangunan.
Pendidikan dan
perempuan menjadi hal yang menarik karena meski ini era modern, tidak membuat
para perempuan bebas memasuki dunia pendidikan. Meski emansipasi disuarakan
sejak lama, sulit mewujudkan kesetaraan dan keadilan terutama dalam bidang pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar