Selama
dua hari pengamataan dan penelitian di pasar induk pananjung, Pangandaran
terlihat kondisi pasar relatif sama dengan pasar tradisional pada umumnya di
Indonesia. Pasar induk Pananjung menjadi penopang ekonomi dan kebutuhan warga
setempat karena pasar induk Pananjung adalah satu-satunya pasar yang
menyediakan hampir seluruh kebutuhan masyarakat baik sandang maupun pangan.
Interaksi Sosial
Pasar
tradisional adalah arena transaksi ekonomi yang memungkinkan adanya hubungan
personal yang terjalin antara pedagang-pembeli, pembeli-pembeli, dan
pedagang-pedagang. Intensitas pertemuan yang relatif tinggi membuka kedekatan sosial.
Misalnya pedagang yang memiliki pelanggan setia, akan memberikan harga yang
lebih miring dari pembeli lainnya. Bahkan kedekatan tersebut berlanjut di luar
aktifitas ekonomi. Apabila pelanggannya mengadakan pesta, selalu mengundang
pedagang unutk menghadiri pesta. Mereka seolah menjadi seperti kerabat dekat.
Hubungan yang erat ini jika terus terjalin akan memberikan dampak baik guna
menciptakan keakraban sesama warga.
Relasi
sosial antar pedagang terlihat dengan obrolan mereka ketika sedang tidak ada
pelanggan. Meski ada persaingan, akan tetapi hubungan baik harus selalu dibina untuk menciptakan
suasana pasar yang tenteram tanpa perselisihan. Pengelola dan Pedagang memiliki
relasi yang dapat dikatakan relasinya cenderung lebih kaku. Mungkin saja karena
para pegawai kantor pengelola secara jarak geografis terpisah dari kios-kios
pedagang dan jarang berinteraksi langusng dengan para pedagang. Akan tetapi relasi diantara mereka tetaplah
penting sebagai arena komunikasi dan negosiasi. Misalnya apabila ada kerusakan
atau fasilitas pasar yang sudah tidak layak pakai, maka pedagang berhak melapor
kepada pihak pengelola untuk segera direspon.
Permasalahan di Pasar Pananjung
Pangandaran
adalah salah satu tujuan wisata di Jawa Barat. Turis domestik dan asing hampir
setiap minggu berkunjung ke Pangandaran. Dalam pengamatan kami melihat beberapa
turis asing mengunjungi pasar Pananjung. Kondisi pasar yang becek, kotor, dan
berbau membuat indera penglihatan dan penciuman terganggu. Apalagi yang
mengalaminya adalah turis asing. Hal ini akan menjadi citra yang buruk bagi
pariwisata Indonesia. Kondisi pasar yang seperti ini akan menjadi bekal cerita
bagi turis asing yang akan mereka ceritakan kepada kerabat dan sahabat di
negaranya. Sungguh memalukan jika hal tersebut terjadi, turis asing yang hendak
berwisata ke Pangandaran atau tempat wisata lainnya akan berpikir ulang untuk
berlibur ke Indonesia, karena citra pariwisata Indonesia yang tercemar oleh
perilaku orang-orang Indonesia sendiri.
Permasalahan
paling krusial adalah sanitasi yang buruk. Hampir tidak ada satu sudut pun yang
terlihat bersih. Sampah-sampah berserakan, bercampur dengan tanah becek
ditambah bau sampah yang menggangu penciuman. Fasilitas penunjang seperti
toilet juga dalam kondisi yang tidak terawat. Padahal setiap pedagang membayar
retribusi yang sejatinya untuk pemeliharaan dan kebersihan pasar. Jalanan di
pasar Pananjung masih beralas tanah sehingga menyebabkan becek dan licin yang
dapat membahayakan manusia.
Masalah
lain yang muncul adalah zoning yang
masih semerawut. Kios daging, ikan, pakaian, dan kelontongan tersebar secara
acak sehingga mempersulit pembeli untuk mencari barang yang ingin dibeli.
Ditambah dengan kerusakan di beberapa titik. Seperti atap kios yang bocor dan
mengganggu jalannya kegiatan perdagangan jika musim datang musim hujan.
Peran Pemerintah
Pasar
tradisional merupakan penggerak perekonomian rakyat dan sumber pendapatan
daerah. Kondisi fisiknya yang menampilkan citra negatif seperti kotor, kumuh,
becek, pengap dan gelap, seharusnya lingkungan pasar bersih, sehat, tertata dan
ramah lingkungan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kekuatan Pasar terletak
pada pedagang sebagai sumber daya dalam pengelolaan lingkungan, adanya
paguyuban pedagang, nilai dan letak bangunan dan. Kelemahannya adalah pengelola
pasar kurang memperhatikan aspek pengelolaan lingkungan pasar hanya meliputi
ketertiban, kebersihan dan pendapatan atau retribusi yang ditarik dari
pedagang, tidak ada akses informasi Tingkat pengetahuan tentang lingkungan yang
rendah baik pengelola dan pedagang Strategi pengelolaan Pasar dapat dilakukan
melalui peningkatkan peran pedagang dan pengelola terhadap strategi pemasaran
dan pelayanan berbasis lingkungan, dengan mengedepankan daya tarik produk lokal
serta meningkatkan kepedulian pengelola dan pedagang terhadap pengelolaan
lingkungan terutama sanitasi, pengelolaan air, penghematan air dan listrik
melalui sosialisasi dan pelatihan.
Seringkali pembangunan kembali atau
renovasi bangunan pasar dijadikan bukti bahwa pemerintah kabupaten/kota telah
banyak berupaya membenahi pasar tradisional di wilayahnya. Namun mereka lupa
bahwa pembangunan kembali atau renovasi bangunan pasar tidak cukup, bahkan
kondisi pasar bersih dan nyaman hanya bersifat sementara sebelum pasar kembali
menjadi kotor dan kumuh. Tetapi apabila ada perubahan pola fikir mengenai
kesadaran kebersihan, ketertiban lingkungan bersamaan pembangunan phisik
(bangunan) pasar, maka hasilnya akan lain. Kesan kotor dan kumuh pasar
tradisional dapat dihilangkan secara bertahap. Bahkan dalam jangka panjang
kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan ketertiban di daerah yang
bersangkutan akan tumbuh secara bertahap pula. Hal ini semuanya dapat
diwujudkan mengingat pasar adalah tempat bertemunya masyarakat pedagang dan
konsumen serta ada keterlibatan para pengelola serta pembina pasar yang di
dalamnya termasuk aparatur pemerintah dimulai tingkat pimpinan daerah sampai
jajaran petugas di bawah.
Apabila di dalam detail struktur organisasi dinas pembina pasar tradisional hanya terdapat Bidang atau Seksi yang menangani retribusi, keamanan dan ketertiban pasar, maka hampir dapat dipastikan bahwa penanganan aspek pembinaan pengelolaan pasar tidak akan tersentuh, terlebih lagi pembinaan terhadap pedagang pasar sama sekali akan luput dari perhatian. Hal ini lah yang sering banyak dijumpai di kabupaten/kota yang secara hirarkhi bermuara pada tampilan pasar tradisional di wilayahnya yang kebanyakan kotor dan kumuh.
Masalah lain yang juga penting dan di banyak kabupaten/kota tidak banyak diperhatikan adalah pembinaan terhadap pedagang pasar, seperti yang terkait dengan upaya untuk mewujudkan pasar bersih dan nyaman. Para pedagang harus memahami tentang prinsip persediaan barang dagangan yang dapat memenuhi kebutuhan pembeli/pelanggan dan ekonomis (efektif dan efisien), sehingga mereka tidak asal menimbun barang dagangan di lapak atau kiosnya yang menjadikan pasar menjadi gudang yang pada akhirnya los-los pasar tampak kumuh. Selain itu, para pedagang juga harus diberikan pemahaman tentang manajemen keuangan sederhana. Ini dimulai dari pemahaman tentang pemisahan keuangan pribadi dan keuangan usaha, agar mereka dapat menghitung pendapatan dan keuntungan secara benar. Di sini para pedagang dibiasakan membuat catatan pembukuan sederhana, sehingga apabila ada lembaga keuangan yang akan membantu permodalan, maka hal ini akan memudahkan kedua belah pihak untuk merealisasikannya. Bagi para pedagang dalam berjualan harus mendisplai barang dagangannya, maka kepada mereka juga harus diberikan pemahaman tentang teknik-teknik penyajian yang komunikatif yang dapat menarik para pengunjung pasar. Hal-hal yang sudah diuraikan di muka merupakan bagian dari teknik-teknik perdagangan eceran (ritel) sederhana yang apabila dapat dikuasai dan dilaksanakan oleh para pedagang, maka daya saing pasar tradisional terhadap pasar moderen akan meningkat. Sayangnya semua pihak pengelola pasar-pasar tradisional terutama milik pemerintah kabupaten/kota tidak memahami hal ini. Sehingga apabila diri mereka sendiri tidak paham, maka sudah dipastikan para pedagang pasar tidak akan pernah mengetahui teknik-teknik perdagangan eceran (ritel) yang benar. Selamanya mereka akan tetap berdagang yang secara teknis sama sekali tidak berkembang dari waktu ke waktu. Apakah pasar tradisional akan tetap dibiarkan seperti sekarang adanya? Apakah alasan kata tradisional yang menyebabkan para pengelola dan pedagang tidak perlu berubah.
Uang
retribusi yang dibayar oleh para pedagang nyatanya tidak diredistribusi dengan
baik oleh pemerintah. Kondisi pasar yang masih kumuh belum mampu diatasi oleh
pemerintah, padahal pasar pananjung dapat menjadi representasi pasar di Pangandaran. Menurut informasi dari
pedagang pemerintah memang pernah beberapa kali melakukan renovasi kecil pasca
kebakaran pada tahun 2005. Namun renovasi yang dilakukan tidak serius,
akibatnya baru beberapa tahun sudah terjadi kerusakan disana-sini.
Sustainable tourism development
nampaknya harus dikembangkan secara serius oleh pemerintah guna menciptakan
pangandaran sebagai objek wisata yang mampu memberikan kesan positif bagi para
turis. Dengan peningkatan fasilitas,infrastruktur, dan menjaga lingkungan guna
memuaskan wisatawan dan meningkatkan standar hidup masyarakat Pangandaran. Hal
ini akan terbangun dengan partisipasi masyarakat lokal yang mampu menjaga
lingkungannya guna menciptakan kenyamanan bagi pribumi dan wisatawan.
Kerjasama
dengan USAID
United
States Agency for International Development disingkat USAID
atau dalam bahasa Indonesia Badan Bantuan
Pembangunan Internasional Amerika adalah badan independen dari pemerintahan Amerika
Serikat yang bertanggung jawab atas bantuan untuk bidang
ekonomi, pembangunan, dan kemanusiaan untuk negara-negara lain didunia dalam
mendukung tujuan-tujuan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Organisasi USAID
memiliki program, salah satunya adalah
menciptakan pasar sehat. Untuk merealisasikan program tersebut USAID
bekerjasama dengan organisasi Perempuan Muhamadiyah yaitu Aisyah. USAID
memberikan dana untuk revitalisasi infrastruktur terutama yang berkenaan dengan
sanitasi. Salah satu kekuranagn pasar tradisional di Indonesia termasuk pasar
pananjung adalah sanitasi yang buruk sehingga menimbulkan bau yang tidak nyaman
dan tentunya hal ini tidak baik untuk kesehatan. Aisyah sebagai eksekutor
program ini berupaya memfasilitasi apa saja yang diperlukan untuk penciptaan
pasar sehat yang dicanangkan oleh USAID. Akan tetapi visi dan misi tersebut masih
jauh dari harapan. Hal ini disebabakan karena kesadaran warga akan pentingnya
kebersihan masih dinilai kurang. Retribusi untuk kebersihan pun belum berdampak
signifikan terhadap kebersihan pasar. Karena uang retribusi dikelola langsung
oleh pemda kabupaten ciamis sehingga kontrol atas uang retribusi sulit
dilakukan.
Bantuan
pihak swasta tidak akan berjalan mulus apabila tidak didukung oleh pemerintah
dan kesadaran warga akan pentingnya sanitasi. Pasar induk Pananjung menjadi
destinasi para turis untuk berbelanja
oleh-oleh atau kebutuhan sehari-hari selama berlibur di Pangandaran. Maka dari
itu pasar adalah representasi dari wilayah pangandaran. Hal ini akan berdampak
pada citra Pangandaran dan Indonesia secara umum bagimana penilaian para turis
akan kotornya pasar tradisional di Indonesia. Pemerintah perlu berkaca dengan
pihak swasta seperti USAID yang mau mengeluarkan dana untuk menciptkan pasar
sehat pananjung. Perhatian dari pemerintah perlu untuk menjadikan pasar
pananjung sebagai pasar induk yang bersih,nyaman dan aman.
Stratifikasi Sosial
Persaingan pun terjadi di pasar
tradisional seperti pasar Pananjung. Pun ada stratifikasi yang terlihat dari
tempat berdagang. Kios-kios yang ada di pasar Pananjung terbagi ke dalam
beberapa tipe ukuran dan harga yang berbeda. Selain kios-kios resmi ada pula
pedagang yang menggunakan badan jalan sebagai tempat berdagang karena tidak
mampu untuk membeli kios. Karena tidak ada system sewa tempat sehingga mereka
memilih untuk berjualan di lapak terbuka. Meski demikian merek harus tetap
membayar retribusi yang sama dengan pedgang lainnya. Setidaknya tiga kali
sehari para pedagang ini harus membayar uang retribusi yang sejatinya untuk
pemeliharaan pasar. Fenomena tersebut menyiratkan adanya stratifikasi sosial
antara pedagang lapak dan pedagang kios. Pedagang lapak berdagang untuk
kehidupan sehari-hari (subsisten).Sedangkan para pedagang kios berjualan untuk
jangka panjang.
Hospitality
Kedatangan
para turis ke pasar pananjung senantiasa disambut hangat oleh para pedagang. Hal ini sudah menjadi karakter
masyarakat pangandaran yang berupaya bersikapramah dan hangat kepada semua
orang, apalagi para turis dengan harapan agar kesan positiflah yang diperoleh
para turis. Sikap ramah tersebut seolah memutus jarak sosial diantara pedagang
dan pembeli (turis). Menjaga kenyamanan untuk tamu adalah hal yang penting
sebagai bentuk sambutan yang baik bagi mereka. Masyarakat harus memberikan
kesan manis untuk para turis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar